Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Putri Presiden ke-1 RI Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri mengatakan pemerintah harus militan menghadapi kelompok radikal Namun, pemerintah juga tak boleh terlalu menekan kelompok non-nasionalisme karena Indonesia berpedoman pada asas hak asasi manusia (HAM).
"Pemerintah harus militan juga menghadapi kelompok (radikal) seperti mereka. Pemerintah sudah cukup tegas, tapi kita berpedoman dengan HAM, kalau terlalu menekan juga tidak baik. Inilah suasana demokrasi. Kita juga harus memberikan kesempatan kepada mereka selama mereka tidak mengacau," kata Sukmawati usai menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Divisi Humas Polri bertajuk 'Bangkitkan Nasionalisme bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Terorisme' di The Tribrata, Jakarta Selatan, Senin (11/11/2019).
Dia menuturkan cara paling sederhana untuk meningkatkan jiwa nasionalis adalah dengan mencintai kebudayaan sendiri. Dia menyebut akar rasa nasionalis adalah bangga dengan budaya daerah yang menjadi warisan bangsa Indonesia.
"Sederhananya cinta Tanah Air dan bangsa, bangga dengan kebudayaan kita sendiri. Nasionalisme itu lebih berakar di budaya daerah. Kita mesti bangga dengan warisan nenek moyang kita," ujarnya.
Sukmawati juga mengaku mendapat informasi terkait proses rekrutmen hijrah. Salah satu prosesnya, menurut Sukmawati, dengan mempertanyakan mana yang lebih bagus antara Alquran dan Pancasila.
"Menurut info ya, kalau untuk rekrutmen hijrah itu mereka ada pertanyaan, lebih bagus mana Alquran atau Pancasila. Di abad 20, jangan sampai mereka tuh meniadakan pemimpin-pemimpin yang mulia di abad modern. Karena mereka tendensinya begitu, yang mulia hanya nabi, Yang Mulia Muhammad. Hanya itu, jadi lain itu nggak ada yang mulia. Tidak bisa begitu," tutur Sukmawati.
Ketika ditanyai soal kemungkinan Pancasila berjalan beriringan dengan syariat Islam pada zaman ini, Sukmawati menekankan antarumat beragama harus hidup melebur jika mengakui Pancasila.
"Kalau kita pancasilais, artinya kita tidak hanya Islam sendiri. Kita dengan segala agama-agama lain yang ada, apa itu Nasrani, Buddha, apapun itu kepercayaan. Kita harus melebur dalam satu kesatuan. Kodenya Pancasilais, kalau Pancasilais kita harus melebur. Tidak hanya Islamis doang," terang dia. dtc