Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Tim Pakar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menilai penanganan COVID-19 yang dilakukan pemerintah cenderung lambat. Alasannya, virus Corona diprediksi telah masuk ke Indonesia sejak minggu ke-3 bulan Januari 2020.
Pernyataan ini didasarkan pada adanya laporan kasus orang dalam pemantauan (ODP) di salah satu daerah sejak minggu ke-3 bulan Januari 2020. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi penularan lokal.
"Kapan virus ini masuk ke Indonesia? Bukan bulan Maret ketika presiden laporkan keluarga positif. Sebenarnya penularan lokal sudah terjadi, sudah ada ODP di daerah. Sebenarnya kita berasumsi virus itu sudah beredar sejak minggu ke 3 bulan Januari. Jadi ini kasus lokal, bukan penularan impor," kata Staf Pengajar FKM UI Pandu Riono dalam Diskusi Online, Minggu (19/4/2020).
Pandu menjelaskan setiap masyarakat yang terinfeksi virus Corona bisa menularkan 2-3 orang lainnya. Waktu penularannya rata-rata selama 5 hari. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menekan laju pandemi Corona di Indonesia. Ia pun memprediksi bahwa kasus COVID-19 ini pasti masuk ke Indonesia.
"Ini kita observasi, setiap kasus yang terinfeksi bisa menularkan 2-3 orang lainnya. Itu double time rata-rata 5 hari, dari 10 jadi 20, 40, dan seterusnya. Ini yang menyebabkan pandemi sulit ditekan karena begitu dahsyatnya penularan virus corona ini," jelasnya.
"Kita terlambat antisipasinya karena sebagian pejabat bilang tidak akan masuk pandemi. Karena ini pasti terjadi tidak mungkin Indonesia tidak kemasukan COVID-19," lanjutnya.
Selain itu, Pandu meramalkan ke depannya seluruh provinsi di Indonesia pasti terdampak COVID-19. Mengingat, Indonesia merupakan negara luas dan pergerakan masyarakat dari satu wilayah ke wilayah lain pun dinilai tinggi.
"Kita dan teman-teman ramalkan tidak ada provinsi tidak terdampak. Karena penduduknya luas, sebagian tinggal di wilayah urban, ada selat dan faktor lain yang buat kepadatan penduduk. Warga juga sering berpergian, mereka yang berpergian tidak tau caranya membersihkan tangan dengan benar. Karena promosi dan edukasi ke masyarakat masih belum meluas, dan tidak ada kebutuhan terkait itu," jelasnya.
Selain itu, Pandu mengatakan bahwa Indonesia memiliki jalur penerbangan langsung menuju Wuhan, China. Jalur ini tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Ia pun yakin terdapat kemungkinan masyarakat Indonesia yang telah melakukan perjalan ke Wuhan membawa virus ini ke daerah tempat tinggalnya.
"Pada saat Wuhan jadi pandemi, itu menyebar ke Indonesia. Di Asia Tenggara, Indonesia ini paling tinggi karena ada penerbangan langsung ke Wuhan, Medan, Denpasar, Jakarta dan sebagainya. Jadi tidak mungkin Indonesia lepas dari pandemi ini," katanya.
"Jadi itu menunjukkan sebagian penduduk Indonesia kelihatannya sehat, tapi bawa virus ke beberapa wilayah. Itu yang sebabkan kenapa virus ini menyebar di dunia karena globalisasi, jadi kalau ada penyakit akan cepat menyebar ke seluruh dunia," lanjutnya.
Dari segi Kesehatan, Pandu menyoroti angka penyakit infeksi paru-paru di Indonesia cukup tinggi. Hal ini menyebabkan potensi penularan virus Corona meningkat khususnya kepada pasien yang memiliki penyakit bawaan.
"Selain itu, angka pneumoni atau infeksi paru di Indonesia tinggi 1.3% per 1000 penduduk," ungkapnya.dtc