Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Demi memutus rantai penularan virus Corona baru (COVID-19), Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang pergerakan masyarakat untuk pulang kampung atau mudik pada Lebaran tahun ini. Pemicunya, ada 24 persen warga yang biasa mudik--atau sekitar 4,6 juta warga--ingin tetap pulang ke kampung halaman meski tengah ada situasi darurat.
"Pada rapat hari ini saya ingin menyampaikan juga bahwa mudik semuanya akan kita larang," kata Jokowi dalam rapat terbatas yang disiarkan pada kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (21/4/2020).
Pekan lalu, Jokowi memutuskan larangan mudik ditujukan untuk seluruh aparatur negara, dari ASN hingga TNI serta Polri. Namun kini keputusan Jokowi meluas untuk semua masyarakat.
Jokowi menyebutkan, hitungan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengenai jumlah masyarakat yang bertahan di kota atau ingin mudik. Menurut Jokowi, angka yang ingin mudik masih cukup tinggi, yaitu 24 persen.
"Dari hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan disampaikan bahwa yang tidak mudik adalah 68 persen, yang tetap masih bersikeras mudik 24 persen, yang sudah mudik 7 persen. Artinya, masih ada angka yang sangat besar, yaitu 24 persen tadi," kata Jokowi.
Meskipun mudik Lebaran 2020 saat ini belum terjadi, setidaknya ada angka perkiraan yang bisa didapat, yaitu dari data tahun lalu. Lantas berapa kira-kira jumlah orang yang masih ngotot mudik itu?
Pada Senin, 30 Maret 2020, Jokowi sempat menyampaikan pantauannya mengenai mobilitas warga yang cukup tinggi saat pandemi menyerang. Saat itu Jokowi menyebutkan soal fenomena mudik dini lantaran imbas dari kebijakan mengenai penanganan virus Corona baru di Ibu Kota.
"Saya melihat bahwa arus mudik dipercepat bukan karena faktor budaya, tetapi karena memang terpaksa, yang saya lihat di lapangan banyak pekerja informal di Jabodetabek terpaksa pulang kampung karena penghasilannya menurun sangat drastis atau bahkan hilang, tidak ada pendapatan sama sekali akibat diterapkannya kebijakan tanggap darurat yaitu bekerja di rumah, sekolah di rumah, dan ibadah di rumah," ucap Jokowi saat itu.
Kala itu pula Jokowi menyebutkan data mudik pada tahun 2019. Jokowi menyebut gambaran 2019 bisa menjadi patokan pergerakan masyarakat pada tahun ini.
"Sebagai gambaran tahun 2019 terjadi pergerakan kurang-lebih 19,5 juta orang ke seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, di tengah merebaknya pandemi COVID-19, adanya mobilitas orang yang sebesar itu sangat berisiko memperluas penyebaran COVID-19," ujar Jokowi.
Saat ini, menurut Jokowi, ada 24 persen masyarakat yang masih berkeras untuk mudik. Bila menggunakan data 2019, kisaran jumlah masyarakat yang ingin mudik itu adalah 24 persen dari 19,5 juta yaitu 4.680.000 orang.
Jumlah itu merupakan hitungan berdasarkan data 2019, tahun terdekat untuk dasar penghitungan. Angka pada 2019 ini pulalah yang dipegang Jokowi dalam kesempatan-kesempatan sebelumnya.(dtc)