Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kisah perjalanan hidup tokoh masyarakat sekaligus pengusaha Sumatra Utara, Haji Anif, diangkat dalam buku otobiografi "Hidup Ikhlas Tanpa Tipu Muslihat".
Buku otobiografi Haji Anif itu pun diangkat menjadi tema webinar yang digelar Kognisi (Kompas Gramedia Learning & Insights) dengan Elex Media Komputindo, Sabtu (18/07/2020).
Di sela webinar yang diikuti sekitar 400 orang peserta itu, Haji Anif pun menceritakan sedikit pengalaman hidupnya.
"Bapak saya itu kiai hafiz Alquran. Dia itu orang yang tidak tahu dunia, tahu nya megang tasbih saja. Jadi ketika saya diusir dari rumah, dan saya pernah numpang nonton televisi ke rumah tetangga dan ditolak, itulah menjadi cambukan untuk saya agar menjadi sukses," ujarnya.
Satu hal yang ditekankan Haji Anif dalam buku itu, adalah jangan menipu siapapun. Dalam hidup, menurutnya sangat penting hubungan pertemanan dan persaudaraan. Sebab teman dan saudaralah yang selalu menolong ketika mengalami suatu masalah.
"Karena dengan itu, ke mana pun kita ada masalah, apa pun bisa tertolong, karena hubungan baik itu akan membantu kita. Semua orang hidup pasti punya dosa, tapi kalau nipu jangan, mengambil hak orang jangan," ujar Haji Anif.
Musa Rajekshah, anak kandung Haji Anif, mengisahkan beberapa pengalamannya bersama Dadak, panggilan akrabnya untuk ayah tercintanya.
Ijeck, sapaan akrab Musa Rajekshah, juga mengisahkan Dadak yang memaksa dirinya terjun berbisnis meski sama sekali belum berpengalaman.
Ditawari mengelola kebun sawit, ia justru menolak dan lebih memilih balapan. Ia lebih tertarik merintis usaha sendiri. Namun usaha bengkel yang ia buka, hanya seusia 2 tahun.
Namun pada 1992, Ijeck menerima tawaran Dadak mengurus usaha sarang walet. Ia rupanya senang mengurusi walet karena harus datang ke hutan, melihat alam, jumpa dengan masyarakat desa.
"Seperti yang selalu Dadak bilang, usahakan kau senang dalam usaha mu itu," tutur Ijeck. Disebutkannya jika sang ayah, bukanlah tipikal orangtua yang banyak teori.
Ijeck, Wakil Gubernur Sumut itu mengutarakan ada satu pelajaran berharga yang tak bisa dilupakannya dari Dadak, yaiut agar tak lupa berbagi kepada sesama.
"Jeck, jadilah orang yang bermanfaat. Kalau kau punya makanan, jangan orang yang berada di sekitar kita cuma bisa cium harumnya. Bisa-bisa habis dirampok orang nanti. Berbagilah, agar semua bisa merasakan bagaimana rasanya," ujar Ijeck mengisahkan.
Dan tidak hanya Ijeck, menurutnya seluruh abang dan kakaknya dan semua keluarga besar, belajar banyak dari Haji Anif.
Ditambahkannya, Haji Anif telah membuktikan bahwa keberhasilan hanyalah dimiliki orang yang bertekad kuat, orang yang memiliki mimpi, yang senantiasa mewujudkannya dengan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata.
Sementara itu, Ketua Umum Pemuda Pancasila (PP), Japto S Soerjosoemarno, yang juga mengikuti Webinar tersebut mengaku punya kenangan dengan Haji Anif.
"Ada satu kelebihan dari sahabat saya ini sejak tahun 1972. Saya melihat beliau saat itu, dengan cara yang sangat tenang bisa menyelesaikan masalah. Apa pun yang sudah diperbuat berani mempertanggungjawabkannya. Itulah jiwa seorang pemimpin sejati dan itu yang saya contoh. Jadi beliau ini ada sosok sahabat, sekaligus kakak dan guru bagi saya," ujarnya.
Tidak hanya itu, Japto pun memuji sifat kedermawanan Haji Anif. "Yang dinikmatinya itu bukan hartanya, tapi beliau selalu memikirkan apa yang dimilikinya bisa juga dinikmati oleh orang lain. Beliau banyak berbuat sosial, baik di kalangan agama dan membantu orang-orang susah," tambahnya.
Sebelumnya, Maman Suherman yang membawakan acara tersebut memaparkan biografi singkat tentang Haji Anif. Disebutkan, Haji Anif merupakan pengusaha sukses yang memiliki usaha kelapa sawit, sarang burung walet, bisnis properti dan lainnya.
"Semua orang sudah tahu dan mengenal itu. Di dalam buku, Pak Anif juga bercerita pernah diusir dari rumah bapaknya, sehingga bersama istri pernah hidup di rumah yang mirip kandang merpati. Itu yang membuat saya menggelengkan kepala membaca buku ini, yang isinya begitu lugas," terangnya.
Maman pun menjelaskan bahwa Haji Anif pernah menjadi Anggota Pemuda Pancasila sejak 1967. Buku itu juga bercerita tentang perjalanan hidup Haji Anif secara blak-blakan tanpa ada yang ditutup-tutupi.
"Bahkan nama dan peristiwanya turut dipaparkan dalam buku tersebut. Salah satu pesan yang saya ingat, bahwa prinsip Pak Anif, Mundur Menghadapi Kezaliman adalah Sebuah Kezaliman," kata Maman.