Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sejumlah pemusik tradisi di Sumatra Utara (Sumut) yang selama ini nyaris menggantungkan hidupnya dengan menerima orderan pesta adat, mengaku sangat kesulitan menghadapi masa corona ini. Maklum sejak bulan 2 kemarin bisa dibilang mereka sudah tidak menerima orderan. Bila pun ada yang memesan jasa mereka, namun karena corona jadwal pestanya diundur.
Dengan berbagai cara mereka mengaku bertahan hidup. Ada yang kembali ke kampung halaman, ada yang alih profesi ada pula yang bertahan dengan menggunakan uang panjar orderan sebelumnya. Demikian terungkap dalam diskusi daring dengan topik "Pemusik Tradisi dalam Pesta Adat, Ritual, dan Upacara Masa Pandemi Covid-19" yang berlangsung Sabtu (22/8/2020). Diskusi ini didukung Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh.
"Kalau aku selama ini bertahan dengan uang panjar, karena sebelumnya sudah ada yang mesan, meski mainnya diundur. Jadi kalau nanti main, honornya tinggal dikit. Ironisnya saat ini uang panjar itupun sudah habis terpakai," kata Limson Damanik, salah seorang pemusik tradisi yang menjadi narasumber diskusi.
Limson berharap ada kebaikan hati bagi yang memesan jasanya untuk menambahkan honor mereka nantinya. Atau paling tidak, honor itu jangan dipotong dari panjar.
Hal lain diungkapkan narasumber lainnya Oktavianus Matondang. Menurut salah seorang pendiri sanggar Sitopak Sada ini, nasib pemusik tradisi
sejak awal sudah susah dan semakin susah begitu wabah corona datang.
"Kalau dibilang pemerintah akan membantu masyarakat yang berpenghasilan di bawah 5 juta, kalau kami pemusik tradisi ini, dari dulu mana ada berpenghasilan sebesar itu," kata Okta.
Hal lain sambung alumnus etnomusikologi USU ini, bantuan itu disertai dengan syarat yang bagi pemusik tradisi terlalu ribet. Misalnya melampirkan dokumentasi karya dalam format video dan pemberkasan yang sistem digital.
"Bukan kami tak mau mengikuti perkembangan, tapi kami masih belajar, sehingga ketika langsung dituntut hasil atau diharapkan sudah stay, kami kesulitan," akunya.
Diskusi sesi pertama dari 8 topik yang direncanakan ini dibuka Kepala BPNB Aceh, Irini Dewi Wanti dan dipandu seniman Batak Thompson Hs. Irini mengajak semua pihak agar menyesuaikan diri dengan kondisi dan tuntutan zaman. Ia berharap para pelaku seni tradisi bisa saling bertukar pikiran dalam diskusi ini.