Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Beijing. Militer China dilaporkan tengah berupaya melipatgandakan jumlah hulu ledak nuklirnya dalam waktu satu dekade terakhir. China juga berupaya meningkatkan kemampuan untuk meluncurkan hulu ledak nuklir itu dengan menggunakan rudal balistik dari darat, laut dan udara.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (2/9/2020), informasi tersebut disampaikan Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) dalam laporan terbaru pada Selasa (1/9) waktu setempat. Disebutkan Pentagon bahwa China saat ini memiliki lebih dari 200 hulu ledak nuklir sebagai persenjataan.
Menurut laporan Pentagon, selain bertujuan menyamakan teknologi dengan AS, militer China atau Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) juga fokus melakukan operasi gabungan yang mampu menangkal atau mengalahkan setiap upaya AS untuk mengintervensi atas nama Taiwan.
Laporan itu juga mengakui bahwa PLA telah menyamai atau melampaui militer AS dalam beberapa bidang, termasuk perakitan kapal, rudal balistik dan rudal jelajah berbasis daratan dan sistem pertahanan udara.
Dan dalam perkiraan publik pertama untuk kemampuan nuklir China, laporan tahunan Pentagon menyebut bahwa China kini memiliki hulu ledak berjumlah 'sedikitnya 200-an' dalam persediaan nuklirnya. Angka itu jauh lebih sedikitnya dari 300 atau lebih seperti diperkirakan para analis independen.
Jumlah itu diharapkan akan meningkat dua kali lipat dalam waktu 10 tahun ke depan.
Menurut laporan Pentagon, China telah dapat meluncurkan senjata nuklir dengan rudal balistik dari darat dan laut, dan saat ini sedang mengembangkan kemampuan untuk mengembangkan rudal balistik yang diluncurkan dari udara.
"Tampaknya Beijing akan berusaha untuk mengembangkan sebuah militer yang setara dengan -- atau dalam beberapa kasus lebih unggul dari -- militer AS, atau kekuatan besar lainnya yang dipandang PRC (Republik Rakyat China-red) sebagai ancaman," sebut laporan Pentagon itu.
Jika China berhasil mencapai tujuan itu dan AS gagal mengatasinya, maka menurut laporan Pentagon, hal itu 'akan memberikan dampak serius bagi kepentingan nasional AS dan keamanan internasional berbasis ketertiban'.(dtc)