Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Senin malam, (21-9-2020), saat bertemu dengan tim pengkaji pendirian universitas negeri, pejabat dan sejumlah jurnalis, Wakil Bupati Tapanuli Utara Sarlandy Hutabarat yang didaulat bicara terlebih dahulu dari pemerintah, "ditengah jalan" penjelasan, tiba -tiba melontarkan sebuah kalimat menohok.
"Itu bupati Taput sebenarnya outsider (orang luar) di proses pendirian sebuah universitas negeri, tapi kok berani sekali "kata Sarlandy Hutabarat.
Ungkapan Sarlandy ini sesungguhnya mengutip ungkapan sejumlah pejabat di lingkup Kemendikti, akademisi dan pelaku lembaga pendidikan tinggi yang disampaikan kepada dirinya, saat melakukan road show studi ke kantor dan dan sejumlah kota di Sumatra dan Jawa.
Road show dilakukan untuk memperkaya pemahaman dan trik elegan, saat mengawali rencana pendirian Universitas Tapanuli Utara (UNTARA) , beberapa waktu lalu.
"Boleh bapak pertemukan saya dengan beliau, kog jauh sekali cara berpikirnya ke depan. Mendirikan universitas itu sangat rumit dan panjang loh, regulasinya lagi,"kata Sarlandy, mengutip dialognya dengan beberapa akademisi dan pejabat yang ditemui.
Sharlandi sendiri dalam pertemuan kemarin di Sopo Rakyat Rumah Dinas Bupati Taput juga mengatakan, bahwa apa yang dicita-citakan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan merupakan cita-cita terhormat.
"Saat kami dan beliau tidak bupati lagi , telah meninggalkan "Tugu Na Mangolu"(bangunan hidup), yakni universitas,"katanya.
"Saya pikir, kalau untuk tenang-tenang saja, apalagi prosesnya panjang dan rumit, Pak Nikson tidak akan membangun universitas ini.
Kampus kata Sarlandi, juga akan melahirkan orang-orang cerdas yang setiap saat dapat mengkritiki kebijakan kami.
"Tetapi pak bupati berpikir jauh ke depan. Berinovasi untuk kemajuan daerah,"kata Sarlandy, yang saat itu duduk satu meja dengan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.
Prof.DR Marlon Sihombing, Guru Besar Fakultas Sosial dan Politik USU mengakui, apa yang dilakukan Nikson Nababan dalam konteks memberdayakan aset yang telah ada. "Saya melihat, Bupati Taput terpanggil dengan sebuah proses yang terhormat,"kata Marlon.
Meyakinkan Pemerintah Pusat.
Bupati Taput Nikson Nababan sebagai penggagas utama pendirian universitas Tapanuli Raya (UNTARA), mengatakan, hasil kajian akademis ibarat sebuah dokumen untuk bisa meyakinkan pemerintah pusat, termasuk Presiden.
"Ketua DPD RI dan Ketua MPR-RI telah ikut menandatangani. Sekarang tinggal Ketua DPR-RI dan bapak Presiden,"sebut Nikson.
"Kenapa harus takut mendirikan Universitas Negeri di Tapanuli Raya ini. Kita punya modal filosofi "Anakhon Hi Do Hamoraon Di Ahu, mestinya harus kita tuntaskan.
Kita punya modal sejarah. secara iman dan pengetahuan sudah tumbuh dan "dimerdekakan" oleh Nomensen, kenapa tidak kita lanjutkan cita-cita luhur beliau,"papar Nikson.
Bupati mengaku, ada 2 orang petinggi gereja menemuinya, bertanya apa tidak salah mengganti IAKN (Kristen), diubah menjadi umum. "Saya jelaskan, akhirnya petinggi gereja itu memahami,"ujarnya.
Nikson Nababan juga mengakui, resiko politik banyak dihadapi ketika melontarkan ide pendirian universitas dan mengajak IAKN untuk bertransformasi.
Jendela Semua Suku dan Agama
Menurut Nikson, cita-cita pendirian itu merupakan ide besar. Pendirian UNTARA, bukan hanya menyelamatkan ekonomi dan SDM, tetapi juga menyelamatkan Kekristenan.
"Kita harus membuka diri. Taput ini bisa menjadi jendela bagi semua suku dan agama. Satu kata kunci dan harapan kita, bagaimana universitas ini hasil transformasi IAKN, dikelola oleh Kemendikti. Kalau Kemenag akan terkunci di pasar kerja dan regulasi lainya. Jadi harus secara umum, jika sudah dikelola Kemendikti,"tutupnya.