Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Orang kaya diprediksi masih menahan diri untuk belanja. Padahal, dengan meningkatkan konsumsi bisa menarik Indonesia keluar dari jurang resesi.
Menurut Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet salah satu penyebab orang kaya di Indonesia belum mau genjot konsumsi karena masih khawatir COVID-19 yang belum teratasi.
"Padahal pemerintah sudah jauh hari melakukan pembukaan mal, tetapi jumlah kunjungan belum kembali seperti sebelum pandemi. Ya, karena kelompok 20% (orang kaya) teratas ini masih khawatir atau was-was," kata Yusuf saat dihubungi, Sabtu (14/11/2020).
Selama pandemi COVID-19 terjadi, Yusuf mengatakan kelompok menengah ke atas atau orang kaya ini memilih menahan konsumsi khususnya bepergian ke luar. Sebab, kelompok ini masih memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya meski hanya tinggal di rumah selama pandemi.
Hal itu pun dibenarkan oleh Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Reza Yamora Siregar. Dia mengatakan, terjadi peningkatan dana pihak ketiga (DPk) khususnya pada produk deposito khusus tabungan dengan nilai Rp 200 juta ke atas di perbankan.
"Banyak studi, termasuk yang dilakukan oleh IMF (International Monetary Fund), menunjukan juga penurunan spending di sektor travel (perjalanan) dan recreational (liburan)," kata Reza.
Oleh karena itu, salah satu upaya yang bisa membuat kelompok menengah atas atau orang kaya di Indonesia kembali genjot konsumsi dengan mengatasi COVID-19 itu sendiri.
"Untuk jangka pendek, pengendalian COVID-19 merupakan satu faktor penting yg dapat mendorong kembali kepercayaan rumah tangga (terutama kelas menengah ke atas). Keyakinan kelompok menengah ke atas ini sangat tergantung dengan bagaimana COVID-19 ini dapat diatasi," ungkap Reza.(dtf)