Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Rintik hujan pada hari Rabu malam (2/12/2020) serasa menambah keberkahan peresmian Masjid Al Musannif Wong Solo yang berada di Jalan Gajah Mada, Medan. Masjid modern dengan ukuran 7,6 meter x11,4 meter serta berlantai dua itu berdiri megah ditengah areal restoran Wong Solo yang kini mengusung konsep joglo.
Peresmian masjid tersebut turut dihadiri owner Wong Solo Group Puspo Wardoyo; Wakil Gubernur Sumatra Utara (Wagubsu), H Musa Rajekshah; tokoh masyarakat Rahmad Shah; Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokarian Jogja, KH Muhammad Jazir; Penasehat Spritual Wong Solo Group, Prof Dr Syahrin Harahap yang juga Rektor UINSU; Ketua MUISU, Prof Dr Abdullah Syah MA dan ratusan undangan lainnya .
Owner Wong Solo Group Puspo Wardoyo mengungkapkan rasa bahagianya. Dia memaparkan bahwa Masjid Al-Musannif Wong Solo didirikan atas nazar H Hanif Shah yang ingin mendirikan 100 masjid untuk investasi hari tua dalam rangka Fastabiqul Khoirot (Berlomba-lomba dalam kebaikan).
Hingga akhirnya menemukan tempat pertama di lahan Wong Solo Gajah Mada miliknya.
“Saya berharap keberadaaan Masjid Al Musannif Wong Solo ini membawa kemaslahatan bagi masyarakat sekitarnya. Menjadikan masjid ini tidak saja sebagai tempat ibadah tapi juga tempat dakwah dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat disekitarnya,”ujarnya.
Masjid Al Musannif memiliki fasilitas yang cukup nyaman dengan kamar mandi, toilet, tempat wudhu, AC, lampu hias dan menyelenggarakan sholat berjamaah untuk sholat lima waktu bahkan saat hari raya. Juga akan ada kegiatan belajar mengajar Alquran.
Wagubsu, Musa Rajekshah, yang juga Ketua Yayasan Masjid Al Musannif mengucapkan terima kasih kepada Owner Wong Solo, Puspo Wardoyo, yang telah memberikan tempat untuk membangun masjid Almusannif Wong Solo.
Para pengunjung serasa diberi inspirasi ketika Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokarian Jogja, KH Muhammad Jazir, membeberkan pengalaman inovasinya dalam memakmurkan masjid dan masyarakat sekitarnya di Yogyakarta.
“Orang yang mencintai harta adalah orang yang membawa hartanya hingga ke akhirat. Caranya adalah dengan menitipkannya kepada Allah. Salah satunya dengan membangun masjid. Orang yang tidak sayang harta adalah orang yang siang malam cari uang di dunia, tapi kemudian saat mati semuanya ditinggalkan di dunia,” imbuhnya. Ustaz Jazir mengungkapkan sejatinya masjid bukanlah sekedar tempat ritual beribadah tapi juga membangun peradaban masyarakat dan lingkungan sekitarnya.