Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kendaraan listrik menjadi kebutuhan berbagai negara di dunia saat ini. Banyak negara berlomba-lomba mengembangkan dan memperkenalkan kendaraan ramah lingkungan tersebut. Tak terkecuali negara adidaya Amerika Serikat.
Dalam laporan yang diterbitkan Alliance for Automotive Innovation disebutkan, industri otomotif berada di titik puncak momen transformasi. Investasi jangka panjang untuk kendaraan elektrifikasi serta teknologi keselamatan canggih sangat dibutuhkan.
Dikutip Carscoops, Alliance for Automotive Innovation mencatat bahwa Amerika membutuhkan strategi yang berakar pada realitas ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya jika ingin tetap menjadi pemimpin dalam pengembangan dan adopsi kendaraan listrik.
Ditegaskan, AS masih ketinggalan dari China dan Eropa. China telah menetapkan dominasi dalam perlombaan kendaraan listrik dengan rantai pasokan baterai dan kecakapan manufakturnya. Eropa juga mengembangkan rantai pasoknya sendiri sementara Jepang telah berkomitmen untuk mendukung kemajuan teknologi dengan sel bahan bakar.
"Industri otomotif telah lama menjadi mesin ekonomi bagi bangsa, dan siap untuk tetap menjadi landasan inovasi dan manufaktur AS selama beberapa dekade mendatang," kata aliansi tersebut. "Namun untuk mewujudkan potensi tersebut dibutuhkan kolaborasi, kerja sama, dan kreativitas antar semua pemangku kepentingan. Ini adalah kesempatan untuk membuka pikiran kita terhadap kemungkinan baru dan bekerja sama untuk mengambil pandangan yang segar dan komprehensif tentang apa yang diperlukan untuk mewujudkan visi bersama tentang masa depan yang lebih bersih, lebih aman, dan lebih cerdas."
Diberitakan CNBC sebelumnya, Presiden Amerika terpilih Joe Biden sangat mendukung kendaraan listrik dan telah menjanjikan $ 400 juta investasi publik dalam energi bersih yang mencakup teknologi baterai dan kendaraan listrik. Dia juga ingin membangun 500.000 outlet pengisian EV baru di seluruh negeri pada akhir tahun 2030, peningkatan yang signifikan dari 29.000 outlet pengisian daya yang tersedia saat ini.(dto)