Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. PT BYD Motor Indonesia dan PT Chery Sales Indonesia sama-sama menggunakan baterai lithium ferro-phosphate (LFP) untuk mobil listrik yang dijual di Tanah Air. Lantas, apa alasan mereka lebih memilih LFP ketimbang nikel yang kerap dipromosikan pemerintah?
Luther T. Pandjaitan selaku Head of Marketing PT BYD Motor Indonesia mengurai alasan mengapa pihaknya lebih memilih baterai LFP ketimbang nikel. Menurutnya, secara keamanan, LFP masih lebih baik. Sebab, kata dia, tidak cepat panas.
"Mobil BYD yang dibawa ke Indonesia memang menggunakan baterai LFP, baik itu Dolphin, Atto 3 dan Seal. Semuanya pakai LFP karena sudah berdasarkan research di sisi pabrik kita (di China)," ujar Luther saat ditemui di PIK, Jakarta Utara, Senin malam (22/1).
"Tentunya pertimbangan utama soal safety karena LFP itu memiliki satu tingkat probabilitas dan posibilitas untuk mencapai heat tertentu yang sangat rendah dibandingkan jenis baterai mobil yang lain. Jadi pertimbangan riset itulah yang akhirnya membuat kami mengambil LFP," tambahnya.
Ketika ditanya peluang menggunakan baterai nikel, Luther tak bisa menjawabnya secara lugas. Dia hanya menegaskan, pihaknya sementara masih akan tetap menggunakan baterai LFP.
Sementara di kesempatan berbeda, Chery sebagai salah satu kompetitor BYD juga menggunakan baterai LFP di mobil listrik Omoda E5 yang meluncur di Indonesia pekan depan. Mereka mengaku, sama seperti BYD, baterai LFP punya sistem keamanan yang lebih baik.
"Baterai LFP memiliki bahan katoda terbuat dari besi fosfat, yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Baterai ini juga lebih aman karena tahan panas dan tidak mudah meledak," ujar Rifkie Setiawan selaku Head of Brand Departemen PT CSI dalam siaran persnya.
Menurut Chery, baterai jenis LFP memiliki ketahanan saat mendapat tusukan benda tajam dan lebih stabil saat terkena suhu panas. Chery mengklaim, baterai LFP Chery Omoda E5 juga aman saat melewati banjir hingga ketinggian 45 cm saat musim hujan.
Tak hanya itu, baterai LFP juga memiliki keunggulan lain, seperti pelepasan panas yang lambat, produksi panas yang rendah, suhu awal tinggi untuk reaksi eksotermik, dan kemampuan untuk tidak melepaskan oksigen saat rusak.
Meski demikian, Chery tak menutup kemungkinan menggunakan baterai berbahan dasar nikel di masa depan. Chery juga masih melakukan studi soal jenis baterai yang cocok untuk pasar Indonesia.
"Iya (kami mempertimbangkan pakai nikel), kami mengerti itu, makanya di masa depan, kami tidak hanya mempertimbangkan LFP sebagai baterai mobil listrik. Sebenarnya, mobil listrik kami yang dijual di China tak semuanya menggunakan LFP," kata Zeng Shuo selaku Assistant President Director PT CSI.(dto)