Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Gunungsitoli. Pemerintah Kota (Pemko) Gunungsitoli menggelontorkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2021 sebesar Rp 500 juta untuk pengadaan bibit ternak babi. Wali Kota Lakomizaro Zebua merasa prihatin atas krisis kelangkaan ternak babi di daerahnya. Sebab, babi merupakan salah satu persyaratan adat di Gunungsitoli dan Kepulauan Nias pada umumnya.
"Program pembelian babi, ya ini juga memang kita sangat prihatin dengan apa namanya, kita gelisah dengan keadaan ketidaktersediaan babi sekarang, yang merupakan salah satu persyaratan adat di Kota Gunungsitoli," kata Lakhomizaro menjawab pertanyaan medanbisnisdaily.com di sela-sela penetapan dirinya sebagai calon Wali Kota Gunungsitoli terpilih hasil Pilkada Serentak 2020 yang digelar KPU Kota Gunungsitoli, Kamis (21/1/2021).
Untuk melakukan ini, ujarnya, Pemerintah Kota (Pemko) Gunungsitoli di APBD 2021 menyediakan dana Rp 500 juta untuk pembelian bibit ternak babi dari seberang.
Menurutnya, tidak semua daerah di Sumatera Utara langka akibat terserang virus ASF yang mematikan babi beberapa bulan lalu. Bahkan pihaknya sudah menjejaki perusahaan ternak babi di daerah Dairi dan perusahaan tersebut sudah memberi rekomendasi kepada Pemko Gunungsitoli.
"Dan itu nanti kita akan bagi kepada masyarakat melalui kelompok peternak. Dan kami jamin dari pemerintah bukan hanya di APBD 2021. Kita akan programkan lagi pembelian bibit di 2022. Sehingga ketersediaan babi di Kota Gunungsitoli terpenuhi," sebut Lakhomizaro didampingi wakilnya, Sowa'a Laoli dan Wakil Ketua DPRD Kota Gunungsitoli Imanuel Ziliwu.
Namun ia belum bisa memastikan skema pemberian bantuan bibit ternak babi itu kepada kelompok. "Nanti kita lihat kira-kira berapa. Disesuaikan dengan jumlah keanggotaan kelompoknya. Kalau di kelompok 5 orang ya mungkin," katanya.
Akibat kelangkaan, harga daging babi di pasaran Kota Gunungsitoli saat ini mencapai di kisaran Rp120.000 per kg. Sebelumnya harga terendah sekitar Rp 50.000 per kg sebelum terserang penyakit virus yang mematikan itu.
Sebelumnya, Lakhomizaro Zebua saat menghadiri perayaan Natal di GBI Dahana, Minggu (27/12/2020), mengatakan, kelangkaan babi di kalangan masyarakat Kota Gunungsitoli saat ini diibarat celengan yang sudah habis. Ia menuturkan, betapa tidak, kalau sudah 2 ekor babi pasti peniliknya sudah berencana akan kegunaan ternak tersebut. Apakah untuk persiapan tahun baru, atau persiapan Natal. Dan tak jarang warga membesarkan babi untuk biaya sekolah anaknya.
Ia pun bercerita, akibat kesulitan ternak babi sampai mesin gereja pemotong daun ubi makanan babi jarang terdengar di desa di Gunungsitoli. Bahkan sepengetahuannya, perladangan daun ubi sampai berumput karena makanan ternak babi itu tidak lagi dijual.
Menurut Lakhomizaro, untuk mengatasi kesulitan ternak babi di daerahnya, pihaknya akan memprogramkan pemberian bantuan bibit babi melalui kelompok peternak. Ia pun mengimbau setiap desa membentuk kelompok ternak.
Kata Lakhomizaro, tidak mungkin bantuan bibit babi diberikan per kepala keluarga (KK), karena jumlah KK di Kota Gunungsitoli 33.000. "Makanya pemberian melalui kelompok," imbuhnya.