Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Ucapan belasungkawa dan rasa duka terkait kapal selam KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam memenuhi sejumlah media sosial di Tanah Air. Salah satu ucapan yang digunakan adalah 'Fair Winds and Following Seas'.
Lalu, apa sebenarnya maknanya?
Dikutip dari berbagai sumber, sebenarnya asal-usul kutipan 'Fair Winds and Following Seas' tidak diketahui sejak kapan digunakan.
Setidaknya selama satu abad terakhir, dua kutipan, 'Fair Winds' dan 'Following Seas', telah berevolusi, berdasarkan penggunaan, menjadi satu frasa yang sering digunakan sebagai ucapan di dunia pelayaran.
Dalam kamus Bahasa Inggris, 'Fair Winds' didefinisikan sebagai sebuah perjalanan yang aman dan penuh keberuntungan baik.
Istilah itu disebut di dalam buku 'Moby Dick' karya Herman Melville, yang diterbitkan pada 1851.
'Following Seas' sendiri didefinisikan oleh Navigator Praktis Amerika Bowditch sebagai 'sebuah laut tempat gelombang bergerak ke arah tujuan'.
Istilah 'Fair Winds and Following Seas' merupakan ungkapan bagi para pelaut yang telah mengabdi dengan hormat dan penuh keberanian. Kapal diharapkan akan diikuti dengan angin yang benar sehingga tidak harus menabrak ombak.
Istilah ini kerap digunakan sebagai toast atau salam populer di antara para pelaut, termasuk digunakan saat upacara awal pelayaran, pengujian kapal, masa pensiun, hingga pemakaman.
Dalam istilah bahasa Indonesia, Fair Winds and Following Seas dapat diartikan sebagai ucapan selamat berlayar dan mengarungi samudra.
Sebelumnya, kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam berdasarkan sejumlah bukti autentik. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut kapal selam yang membawa 53 manifes prajurit TNI AL itu tenggelam berdasarkan penemuan tumpahan minyak dan serpihan.
"Unsur-unsur TNI AL telah menemukan tumpahan minyak dan serpihan yang menjadi bukti autentik menuju fase tenggelamnya KRI Nanggala," kata Hadi dalam konferensi pers di Bali, Sabtu (24/4).
Selama empat hari, TNI dibantu seluruh instansi terkait dan armada militer negara sahabat mencari KRI Nanggala-402. Sabtu dini hari kemarin batas akhir dari ketersediaan oksigen di kapal selam itu jika tidak terjadi blackout atau listrik mati.
"TNI AL bersama Polri, Basarnas, KNKT dan BPBD, serta aset-aset negara sahabat, seperti Australia, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, telah berupaya dan semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan KRI Nanggala. Pagi dini hari tadi merupakan batas akhir life support berupa ketersediaan oksigen di KRI Nanggala selama 72 jam," jelas Hadi.(dtc)