Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Demokrat Sumatra Utara (DPD KNPD Sumut), organisasi sayap Partai Demokrat, Suryani Paskah Naiborhu, mengunjungi keluarga Almarhumah Komla, pasien yang meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi, diduga akibat mendapat tabung oksigen kosong, saat menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Dalam kunjungan tersebut, Suryani Paskah Naiborhu menyampaikan duka cita yang mendalam dan memberikan tali asih kepada pihak keluarga yang diterima Rawi Candra, putera almarhumah.
Suryani Paskah Naiborhu yang didampingi jajaran KNPD yakni Rudy Herawady, Erwin Syah dan Upik Purba, menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. "Jika Almarhumah Komla meninggal akibat tabung oksigen yang kosong,tentu ini sangat kita sesali, karena hal itu menunjukkan ketidakprofesionalan pihak manajemen RSUD Pirngadi Medan. Terlebih kita ketahui bersama bahwa almarhumah merupakan pasien BPJS Kesehatan," ujarnya saat berada di rumah keluarga Almarhumah Komla, Kamis (3/6/2021), Jalan Bunga Teratai, Pasar II, Padangbulan Medan
Suryani Paskah Naiborhu mengatakan bahwa dirinya mendapatkan informasi bahwa seorang pasien BPJS Kesehatan, terutama yang masuk program penerima bantuan iuran (PBI) dari pemerintah, sering tidak mendapat perhatian atau pelayanan yang baik dari rumah sakit.
"Kita tentu tidak ingin ada diskriminasi dalam hal pelayanan kesehatan. Siapapun status ekonominya, dia berhak untuk memperoleh hak-haknya, dalam hal ini pelayanan kesehatan. Adanya BPJS Kesehatan justru menjadi sarana bagi warga untuk memperoleh layanan kesehatan dari pemerintah secara maksimal," tegasnya.
Terkait dengan peristiwa yang dialami Almarhumah Komla, Suryani Paskah Naiborhu mendorong agar dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan audit investigasi terhadap pihak RSUD dr Pirngadi Medan. Sehingga dengan demikian, masyarakat dapat mengetahui informasi yang sebenarnya, tentang terjadinya kejadian itu.
"Untuk itu saya meminta agar Pemerintah Kota (Pemko) Medan; Wali Kota Medan,Bobby Afif Nasution, dan instansi yang berkaitan dengan kejadian ini, dapat melakukan pemeriksaan. Apakah ada kesalahan dalam penerapan standar operasional prosedur (SOP) dalam hal pelayanan atau bagaimana. Libatkan pihak-pihak yang berkaitan dengan hal ini. Gali informasi dari pihak rumah sakit dan pasien secara mendalam, agar semuanya terbuka," jelasnya.
Suryani Paskah Naiborhu juga meminta agar Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasution, beserta jajaran dapat dapat bertemu dengan keluarga pasien. "Saya berharap Pak Bobby Nasution dapat menunjukkan rasa perhatiannya kepada pihak keluarga Almarhumah Komla. Karena bagaimanapun mereka adalah warga Kota Medan. Adanya perhatian dan dukungan moril sedikit banyak akan membantu mereka keluar dari masa-masa sulit ini," harapnya.
Sementara Rawi Candra (41 tahun) memberikan apresiasi atas kehadiran Suryani Paskah Naiborhu beserta jajaran KNPD. "Kami sangat senang dan mengucapkan terima kasih atas besarnya perhatian yang diberikan Ibu Suryani Paskah Naiborhu dan jajaran KNPD. Kunjungan ini menjadi kekuatan bagi kami untuk melewati masa-masa sulit ini,"jelasnya.
Rawi Candra juga berharap dapat bertemu dengan Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasution. Hal ini diperlukan agar pihak keluarga pasien dapat memberikan keterangan kepada Bobby.
"Saya dan keluarga berharap Pak Bobby mau mendengarkan keterangan dari kami juga, tidak hanya dari pihak rumah sakit. Sehingga dengan demikian Pak Bobby akan mendapat gambaran yang lengkap bagaimana sebenarnya peristiwa itu terjadi," ujarnya.
Rawi Candra juga meminta agar manajemen RSUD Pirngadi Medan dapat memperbaiki pelayanan kesehatan kepada pasien. Sebab, selama ibunya berada di rumah sakit, pihak keluarga merasa tidak mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Seperti lepasnya infus yang baru dipasang keesokan harinya, dengan alasan perawat sedang sibuk.
"Kasus ini juga sudah kami sampaikan kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan dan juga Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Medan. Kami tidak ingin peristiwa ini terulang," ujarnya.