Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Pandemi Covid 19 menjadi kasus panjang yang belum selesai sampai saat ini. Tidak bisa dipungkiri banyak perubahan yang terjadi di setiap sektor di Indonesia bahkan dunia. Salah satu sektor yang mengalami perubahan secara drastis ialah pendidikan. Menurut data UNESCO per tanggal 17 April 2020 yang lalu, diperkirakan 91,3% atau sekitar 1,5 miliar siswa di seluruh dunia tidak dapat bersekolah karena munculnya pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistik dalam jumlah tersebut termasuk di dalamnya kurang lebih 45 juta siswa di Indonesia atau sekitar 3% dari jumlah populasi siswa yang terkena dampak secara global.
Gaya belajar semenjak pandemik covid-19 mengalami perubahan. Tidak ada lagi siswa yang duduk di bangku kelas sambil mendengarkan guru. Tidak ada lagi siswa yang beramai-ramai di kantin sekolah. Tidak ada lagi senam pagi atau bahkan upacara bendera di halaman sekolah. Meluasnya penyebaran Covid-19 telah memaksa pemerintah untuk menutup sekolah-sekolah dan mendorong pembelajaran jarak jauh (PJJ) di rumah. Berbagai inisiatif dilakukan untuk memastikan kegiatan belajar tetap berlangsung meskipun tidak adanya sesi tatap muka langsung.
Beberapa waktu lalu pemerintah sempat merencanakan adanya Pertemuan Tatap Muka Terbatas untuk tahun ajaran 2021/2022. Sekolah-sekolah mulai menyiapkan segala kebutuhan untuk siap menyambut siswa ke sekolah. Penambahan fasilitas seperti wastafel, desinfektan, ruang sterilisasi dan banyak hal lain yang dilakukan sehingga memungkinkan siswa yang datang ke sekolah bisa tetap aman dan sehat. Guru dan pegawai sekolah mulai mengikuti pelatihan demi pelatihan untuk mempersiapkan diri mengajar secara hybrid. Direncanakan guru akan mengajar anak secara sinkronus dan asinkronus dengan jumlah siswa yang sudah diatur sedemikian rupa sesuai dengan izin orang tua. Tetapi ternyata itu belum bisa diwujudkan di semester ini.
Tetap melangsungkan PJJ ternyata menjadi pilihan yang tepat saat ini. Sampai saat ini penularan Covid-19 cenderung melonjak tinggi sehingga hal tersebut dijadikan pertimbangan untuk tetap melanjutkan pembelajaran online. PTM terbatas ditunda sampai daerah tertentu dinyatakan zona. Bahkan banyak daerah di Indonesia akhirnya menjadi zona PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa kecenderungan Covid-19 varian Delta menyerang usia anak-anak hingga 18 tahun di sejumlah daerah yang sedang mengalami lonjakan kasus. Menurut data Satgas Penanganan Covid-19, sampai dengan Rabu (30/6) tercatat 12,6 persen kasus Covid-19 merupakan anak usia 0-18 tahun. Artinya, ada sekitar 271.714 anak Indonesia yang terpapar Covid-19. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan.
Lalu apa yang harus dilakukan saat ini ditengah PPKM yang sudah memasuki minggu ketiga ini? Masihkah anak-anak tetap melakukan sekolah online dari rumah? Tentu jawabannya sudah jelas. Mengingat kondisi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Siswa-siswa yang memilik akses internet dan perangkat elektronik mungkin tidak merasakan kewalahan karena sudah melakukan pembelajaran online selama 15 bulan. Tapi bagaimana dengan siswa yang tidak memiliki akses untuk pembelajaran online? Hal tersebutlah yang menjadi PR besar yang belum tuntas sampai saat ini.
Bisa dikatakan bahwa siswa yang memiliki akses internet dan perangkat elektronik seperti ponsel pintar dan laptop masih tetap bisa melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Siswa-siswa yang berasal dari keluarga prasejahtera dan yang berada di daerah pedesaan kini merasakan dampak ganda di mana untuk mengakses pendidikan karena keterbatasan daerah dan kondisi keluarga sudah sangat sulit ditambah dengan hambatan pandemik saat ini. Akses internet yang tidak merata di seluruh Indonesia, kesenjangan kualifikasi guru, dan kualitas pendidikan, serta kurangnya keterampilan ICT menjadi kerentanan dalam inisiatif pembelajaran jarak jauh di banyak daerah di Indonesia.
Ini bukan PR pemerintah saja, melainkan kita semua. Terlepas dari apapun profesi kita maka mari kita membuka mata dan melihat kondisi Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. Bahkan tak bisa dipungkiri, jangankan untuk pendidikan, banyak orang di luar sana yang harus keluar rumah untuk bisa makan. Lalu apa yang harus kita lakukan? Mari berhenti menjadi pribadi yang egois. Indonesia harus pulih dan dimulai dari kita. Tetap melaksanakan protokol kesehatan dimanapun kita berada. Indonesia pasti kuat.
====
Penulis Pendidik dan Founder Komunitas Ruang Bergerak.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]