Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
76 Tahun Indonesia telah merdeka yang kita peringati pada setiap 17 Agustus. Jika kita lihat tahun-tahun sebelumnya tentu seluruh pelajar Indonesia akan berbondong-bondong menyambut dan merayakannya dengan berbagai jenis perlombaan. Saya masih ingat sebelum pandemi COVID-19 melanda Indonesia, pada setiap merayakan Hari HUT Kemerdekaan Indonesia para pelajar terlihat sangat antusias memeriahkannya dengan berbagai kegiatan dan perlombaan. Namun, dua tahun terakhir setelah pandemi Covid-19 melanda tanah air, peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia dirayakan secara virtual. Di mana Semua unit kegiatan dan perlombaan dibatasi, mengingat pandemi Covid-19 belum terkendali.
MOMENTUM peringatakan HUT ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia mengingatkan bahwa masih banyak yang harus dibenahi, terutama di sektor pendidikan. Untuk membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berdaya saing, maka pendidikan menjadi gerbang utamanya. Pentingnya peran pendidikan pada zaman ini, tentu menjadi bidang yang terus disorot, termasuk sistemnya yang berkembangan pesat.
Pendidikan merupakan titik tolak ukur kehidupan manusia dalam setiap peradaban. Untuk itu setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan dijamin oleh negara. Seperti halnya para pelajar di kampung-kampung, khususnya daerah tertinggal yang seyogianya mendapatkan pendidikan yang meluas, merata dan berkeadilan. Namun kenyataannya masih banyak pelajar mengalami ketimpangan pendidikan, khususnya di pedesaan.
Saya teringat saat pulang kampung dua bulan yang lalu, di mana di sana saya melihat kondisi para pelajar yang ada di pinggiran Nias Selatan mengalami berbagai keterbatasan dalam menuntut ilmu pengetahuan. Saya yang pernah belajar di kampung sangat merasakan bagaimana belajar dengan berbagai kondisi pendidikan yang serba terbatas. Jangankan belajar dengan menggunakan bantuan teknologi yang canggih, fasilitas pendidikan, seperti gedung, ruang belajar/kelas, media belajar, meja dan kursi masih kurang memadai dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.
Konsep "Merdeka Belajar" menurut hemat saya adalah solusi terbaik bagi para pelajar di seluruh Indonesia untuk menciptakan visi reformasi pendidikan di Indonesia, baik pelajar di kota maupun pelajar di pinggiran. Dengan lahirnya jargon merdeka belajar tersebut para pelajar dituntut untuk mempunyai inisiatif dan berpikir lebih bebas dengan mengeksplor seluruh kemampuan dan bakat tanpa tekanan untuk mendukung setiap kegiatan pembelajaran di sekolah. Namun kalau kita kaji lebih dalam jika pelajar di pinggiran dituntut memiliki produktivitas belajar dengan konsep merdeka belajar, tetapi dengan fasilitas yang kurang memadai, saya membayangkan yang terjadi adalah inefesiensi dari merdeka belajar itu sendiri.
Merdeka belajar belum dirasakan pelajar di daerah pinggiran. Terjadi kesenjangan dengan di kota yang memiliki fasilitas lebih lengkap dan canggih. Sementara di kampung-kampung fasilitas pendidikan jauh dari kata lengkap.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menjadi indikator utama perkembangan pendidikan kita saat ini. Belajar dengan menggunakan teknologi sudah menjadi cara praktis bagi para pelajar dalam menambah informasi, meningkatkan minat belajar, memudahkan akses belajar dan mendapat materi yang variatif dan modern. Di sini pentingnya teknologi selalu diikuti perkembangannya terhadap perkembangan pendidikan saat ini.
Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi dengan konsep merdeka belajar memang penting terhadap kualitas pelajar. Tetapi menjadi hambar apa bila sekolah di kampung-kampung yang tidak memiliki fasilitas berbasis teknologi dan jaringan internet yang memadai. Hal tersebut membuat para pelajar di pinggiran tertinggal dan menghambat segala produktivitas dan kreativitas belajar.
Kesenjangan era teknologi tergambar dari akses teknologi di Indonesia belum merata, terutama bagi para pelajar di daerah tertinggal. Adik-adik di pinggiran yang sedang memupuk kualitas diri seharusnya mendapatkan pemerataan di bidang teknologi agar tidak terpinggirkan atau termarjinalkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang. Jika tidak ada langkah kongkret dari sektor pendidikan, maka yang terjadi adalah kualitas pelajar di pinggiran akan semakin rendah dan sulit untuk bertumbuh menjadi pelajar yang produktif di era teknologi.
Dalam mewujudkan merdeka belajar, guru memiliki peran penting sebagai penggerak utama dalam menciptkan suasana belajar yang lebih baik. Guru adalah figur sentral yang langsung mengintervensi berbagai kekurangan dan kelebihan para pelajar. Karena secanggih apapun teknologi dan infrastruktur sekolah, guru tetap menjadi alternatif sebagai trigger dalam meningkatkan prestasi akademik siswa menjadi lebih kreatif.
Mutu pelajar di pinggiran tidak lepas dari figur seorang guru, karena guru memiliki hubungan yang sangat intens dengan siswa. Guru harus mampu berkolaborasi dengan siswa secara aktif untuk mendorong siswa terus berkembang dan lebih kompetitif. Bukan sekedar guru yang baik dan berkualitas melainkan, guru juga memiliki kemauan untuk berinovasi melakukan perubahan dalam pendidikan. Agar merdeka belajar benar-benar terealisasi dengan baik bagi pelajar di pinggiran, guru harus memanfaatkan fasilitas-fasilitas pendidikan secara produktif walaupun dengan berbagai keterbatasan.
====
Penulis Alumni Fisip UDA, Medan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]