Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Kelapa, salah satu produk tanaman tahunan dari dahulu hingga saat ini yang masih dibutuhkan masyarakat untuk industri makanan dan pengobatan. Sehingga, bertanam kelapa masih memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan, karena nilai bisnisnya yang tidak pernah sirna.
Pangsa pasar kelapa kedepannya akan lebih dilirik, akibat semakin menyempitnya lahan tanaman kelapa. Karena, banyak orang menggantinya dengan tanaman komoditas lain, seperti kelapa sawit, buah-buahan dan lahan pemukiman.
Padahal, undustri kelapa dalam rumah tangga sangat dibutuhnkan, untuk diproduksi menjadi santan maupun bumbu penyedap lainnya pada makanan.
Tak heran, jika harga kelapa kering juga mahal, dikisaran Rp 2.500 - Rp 6.000/buah. Bahkan, kelapa muda juga semakin banyak diminati konsumen.
Untuk jual kiloan juga sangat terbuka, seperti kelapa cungkil/kopra, atau dijual bulat setelah dikupas sabutnya.
"Sudah ada pabrik santan di Bukit Tua, Kecamatan Padang Tualang, Langkat. Kelapa yg dikupas sabutnya,,dalam keadaan bulat bertempurung dan belum pecah, pabrik membelinya Rp 3.500/kg. Karena air kelapanya juga dibutuhkan pada pabrik itu," kata Wahyudi, pemilik ratusan pohon kelapa di Desa Pasar Rawa, Gebang, Sabtu (4/9/2021).
Dituturkan Wahyudi, saat ini sebahagian tanaman kelapanya, sekitar 180 pohon masih dideres niranya, dan belum diproduksi kelapa bulat.
"Yang saya dereskan itu kelapa hibrida, usia tanam 3 tahun sudah diproduksi niranya. Satu pohon setiap bulannya dibayar Rp 30.000, dan setiap bulan menerima Rp 5.400.000, Alhamdulilah," tuturnya.
Pantauan medanbisnisdaily.com, banyak juga masyarakat sekarang mulai bertanam kelapa di Langkat. Seperti di Desa Pasar Rawa/Gebang, Kecamatan Stabat, Secanggang, Pangkalan Susu, Tanjung Pura, Selesai dan Kecamatan Pematang Jaya.
Bibit kelapa yang banyak ditanam pada umumnya jenis kelapa hibrida, yang cepat menghasilkan buah.