Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Jaksa penuntut umum (JPU) dari Kejari Medan, Riachad Sihombing dan Chandra Priono Naibaho menghadirkan Mimiyanti sebagai saksi dalam perkara dugaan penggelapan harta warisan orangtua senilai miliaran rupiah dengan terdakwa David Putranegoro alias Lim Kwek Liong di Ruang Cakra 6 Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (16/9/2021) sore.
Di hadapan Hakim Ketua, Dominggus Silaban, Mimiyanti sebagai salah satu ahli waris menjelaskan mengenai adanya Akta Perjanjian Kesepakatan Nomor : 8 tanggal 21 Juli 2008 yang menjadi akar permasalahan dalam perkara ini, Mimiyanti tidak setuju.
Mimiyanti mengaku saat Akta Perjanjian Kesepakatan itu dibuat, dia tidak mengetahuinya secara persis. Yang dia tahu tanda tangan di akta itu untuk pembagian uang dan dividen (pembagian laba perusahaan). Namun belakangan dia tahu malah disalahgunakan oleh terdakwa hingga akhirnya dilaporkan ke polisi. "Kami tidak terima karena dibuat untuk 30 tahun," cetusnya.
Sementara itu mengenai kunci brankas, Mimiyanti mengungkapkan awalnya dia memegang kunci brankas yang menyimpan puluhan sertifikat. Namun, saat dirinya hendak ke Jakarta, kunci brankas diminta oleh terdakwa David.
"Aku dipercayai ayah megang kunci brankas. Waktu ke Jakarta, kunci diminta David (terdakwa). Terus enggak dikasihnya lagi saat aku kembali ke Medan," jelasnya.
Sampai saat ini, saksi tidak mengetahui di mana letak sertifikat tersebut berada. "Gak tau semua (sertifikat) karena bukan saya yang pegang," ucapnya.
Terpisah, tim kuasa hukum Jong Nam Liong (saksi korban/pelapor) yakni Longser Sihombing SH MH mengatakan, pernyataan saksi Mimiyanti sangat jelas bahwasanya akta nomor 08 itu palsu dan sewaktu tandatangan juga diberikan satu lembar. "Hal itu sesuai dengan laporan dari korban/pelapor," katanya.
Dia berharap, agar majelis hakim dan JPU dapat fokus pada materi dakwaan serta tidak berkembang yang tidak sesuai dengan dakwaan. "Kami berharap majelis hakim dapat berlaku adil," harap Longser.
Diketahui dalam dakwaan JPU Chandra Priono Naibaho, pengusaha minuman Vigour tersebut adalah anak dari mendiang Jong Tjin Boen. Jong Tjin Boen memiliki dua orang istri. Istri pertama adalah mendiang Lim Lian Kau dan istri kedua adalah mendiang Choe Jie Jeng.
Dari Lim Lian Kau, Jong Tjin Boen punya sembilan anak dan Lim Kwek Liong adalah anak ketujuh. Sementara dari Choe Jie Jeng, Jong Tjin Boen punya tiga anak. Pada 30 Juni 2008 sampai 5 September 2008, Jong Tjing Boen berada di Singapura dalam rangka pengobatan. Pada 5 September 2008, Jong Tjin Boen meninggal dunia di Rumah Sakit Mount Elisabeth Singapura.
"Saat Jong Tjin Boen sedang menjalani pengobatan, terdakwa Lim Kwek Liong mendatangi Kantor Notaris Fujiyanto Ngariawan (berkas terpisah) untuk membuat Akta Perjanjian Kesepakatan. Tujuannya, agar terdakwa dan Lim Soen Liong alias Edy (berkas terpisah) dapat menguasai seluruh harta Jong Tjin Bun," ujar JPU.
Harta yang dimaksud yakni Sertifikat Hak Milik (SHM) dan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB), baik harta bergerak maupun tidak bergerak milik Jong Tjin Boen yang disimpan di dalam brankas rumah Jalan Juanda III Nomor 30-C Medan tanpa sepengetahuan dari saksi korban dan ahli waris.
"Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 266 ayat (1) jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana," pungkas Chandra.