Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Putus sekolah tidak hanya memupus cita-cita, tetapi juga memicu masalah sosial di Belawan. Daerah pesisir di Kota Medan ini menyumbang angka putus sekolah mencapai 1.500 anak.
"Pemerintah Kota Medan tidak cukup membangun infrastruktur untuk membangun daerah Belawan. Pembangunan infrastruktur tidak akan berhasil memutus mata rantai kemiskinan di Belawan, jika faktor sumber daya manusia tidak diperbaiki," ungkap Dedy Hutajulu salah satu penulis buku "Belawan, Menyelamatkan Anak dari Ancaman Putus Sekolah" ini kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (22/12/2021) siang.
Dedy yang juga wartawan Harian Analisa ini mengatakan, anak-anak di Belawan memasuki kehidupan yang kelam begitu mereka berhenti bersekolah. Mereka terjebat dalam perkawinan anak, narkoba, pencurian, prostitusi, tawuran, dan kejahatan sosial lainnya.
"Jika kita sering membaca maraknya aksi kejahatan yang dilakukan remaja tanggung di Belawan, itu dampak langsung karena mereka putus sekolah," tegas Dedy.
Dedy mengatakan, dalam 5 tahun terakhir saja, di Kelurahan Belawan 2, terdapat sedikitnya 200 pengantin anak. Angka ini menguatkan data penelitian UNICEF, BPS, Bappenas dan Puskapa UI 2018 yang menyebut 1 dari 9 anak perempuan menikah. Bahkan perempuan usia 20-24 tahun telah menikah sebelum usia 18 tahun mencapai 1,2 juta jiwa. Data ini menempatkan Indonesia peringkat 10 negara dengan angka absolut perkawinan anak tertinggi di dunia.
Buku “Belawan, Menyelamatkan Anak dari Ancaman Putus Sekolah” dipublikasikan Gugah Nurani Indonesia (GNI). Buku ini juga mengungkap fakta bagaimana putus sekolah melahirkan perkawinan anak, dan perkawinan anak berujung cerai dan kawin lagi. Kawin cerai itu kemudian menciptakan kemiskinan baru dan keluarga-keluarga baru yang berpotensi juga rentan gagal.
Sarah Emma Bangun, perwakilan Dinas Perpustakaan Kota Medan menyambut baik kerja sama dengan GNI ini. Pada 2022, katanya, pihaknya akan kembali mengaktifkan penggunaan mobil perpustakaan keliling.
"Kami sempat nonaktif karena pandemi Covid-19. Tapi tahun depan, akan kembali kami aktifkan. Silakan buat usulan, nanti kami bisa kunjungi sekolah-sekolah, agar anak-anak bisa membaca beragam buku," terang Sarah.
Sementara, Vindika, perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3APM) Kota Medan menyebut, bahwa persoalan sosial ini sudah bertahun-tahun terjadi tetapi tidak kunjung bisa dituntaskan. Namun DP3APM bersedia bekerja sama dan akan merangkul semua pihak untuk turut terlibat menyelamatkan anak dari angka putus sekolah.