Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tapsel. Panjangnya 82,42 Km, Sungai Batang Toru melintasi sejumlah desa dan kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Kini Sungai Batang Toru perlu perhatian, sebab alamnya tak seperti dulu. Apakah telah rusak?
Sungai Batang Toru melintasi Desa Hapesong Baru Jembatan Trikora, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapsel, baik ke hulu maupun hilir hingga ke Kecamatan Muara Batang Toru. Sungai itu pun bermuara ke Danau Siais.
Sungai yang berada di sepanjang 19 desa dan 4 keluarahan itu, airnya tak lagi sederas tempo dulu. Terjadi pendangkalan. Alih-alih, Sungai Batang Toru pun tak mampu lagi menampung debit air. Meluap. Sampai-sampai meluluhlantakkan sendi ekonomi masyarakat sekitar. Sawah dan ladang warga ikut tenggelam.
Kalau mengingat tempo dulu, dari jembatan Trikora yang menghubungkan Wek I Batang Toru dengan Desa Hapesong Baru di seberang sungai adalah tempat bermain buaya. Warga sekitar sering melihatnya. Kadang sedang berjemur atau lagi melintas di atas bebatuan sekitar lubuk.
Tahun berlalu, penduduk bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2020 penduduk Kecamatan Batang Toru 33.769 jiwa. Begitu juga dengan lahan permukiman yang ikut meluas, ditambah pembukaan lahan.
Alam sekitar Sungai Batang Toru juga ikut berubah. Kelestarian lingkungan di dalamnya mulai terganggu. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas di dalam kawasan ekosistem Batang Toru perlu menjadi perhatian serius agar kelestariannya di masa depan terjaga. Lalu, tanggungjawab siapa?
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapanuli Selatan, Sahrir Siregar, Kamis (30/12/2021), mengakui bahwa ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru mengalami perubahan tidak hanya pada sedimen pendangkalan namun warna air tambah keruh. Ia memperkirakan akibat banyaknya aktifitas galian C yang berada di sepanjang aliran sungai.
Sahrir menyebutkan pemerintah daerah tidak berperan dalam urusan perizinan galian. Katanya, urusan izin galian C sudah diatur oleh pemerintah provinsi dan kementerian. “Kalaupun dilibatkan daerah tidak lagi memberikan rekomendasi terkait pengurusan izin galian C yang membuat pemerintah daerah sulit mengenali mana galian C berizin atau tidak,” kata Sahrir.
Namun pemerintah daerah terus mendorong warga untuk aktif terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Termasuk PT Agincourt Resources Tambang Emas Martabe yang selama ini berkomitmen dalam menjaga konservasi dan keanekaragaman hayati di lingkar tambang.
PT Agincourt Resources Tambang Emas Martabe belum lama ini melakukan penanaman sebanyak 3.500 pohon di bantaran sungai Batang Toru. Kegiatan melibatkan masyarakat dan aktifis lingkungan. Kegiatan penanaman pohon tersebut dilakukan sebagai komitmen pengelolaan lingkungan dan kelestarian alam Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Senior Manager Environment, Health & Safety PT AR, Hari Ananto, mengatakan, lebih dari 41.000 bibit pohon telah ditanam sejak 2012. Penanaman lokal khususnya di dalam wilayah operasional Tambang Emas Martabe dilakukan sebagai upaya reklamasi dan rehabilitasi. Kemudian Januari-November 2021 PT AR telah menanam lebih dari 8.000 bibit pohon dimana 5.000 bibit berada di dalam area tambang. Sisanya di luar tambang termasuk bantara Sungai Batang Toru.
Hingga saat ini Tambang Emas Martabe melalui Departemen Lingkungan PT AR telah menyiapkan stok bibit sebanyak 1.438 yang terdiri dari tanaman lokal, non lokal seperti Segon, Waru, dan Trembesi, tanaman buah meliput Durian, Nangka hutan, jontik-jontik. Jumlah ini akan terus bertambah.
Manajer Senior Komunikasi Korporat PT Agincourt Resources, Katarina Siburian, mengatakan, bahwa perusahaan akan konsisten berupaya untuk mendukung berbagai inisiatif konservasi dan keanekaragaman hayati, khususnya yang ada di sekitar operasional Tambang Emas Martabe.
“Pemulihan habitat hutan melalui reklamasi dan rehabilitasi konsisten dilakukan demi perlindungan keanekaragaman hayati. Keseluruhan upaya pengelolaan lingkungan pun sudah dirangkum dalam kode etik PT AR,” katanya.
Barkah Hadamean Harahap, Direktur Wahana Komunikasi Konservasi Ekosistem Batang Toru, mengatakan, pihaknya bersama aktifis lingkungan baik lembaga (Non-Governmental Organization) maupun lembaga lingkungan lokal terus melakukan edukasi kepada masyarakat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. "Setidaknya kami sudah berbuat mengkampanyekan lingkungan," kata Barkah.
Menurutnya, keberlangsungan keanekaragaman hayati kembali pada kesadaran masyarakat. "Kalau masyarakat semakin sadar dan peduli lingkungan kelestarian lingkungan akan dinikmati anak cucu kita di masa depan,” katanya.
Dia juga cukup mengapresiasi langkah Tambang Emas Martabe dalam melakukan aktifitas pertambangan yang ramah lingkungan. Dalam mengelola lingkungan cukup baik sehingga konservasi lingkungan tetap terjaga sampai saat ini.
Dia mengakui bahwa dampak pertambangan terhadap kerusakan lingkungan pasti ada negatif dan positifnya, namun apabila ada keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan kerusakan dapat terkendali.