Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Maju tidaknya kembali Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ERAMAS) pada Pilgub Sumatera Utara 2024, terus menjadi perbincangan hangat publik. Tak sedikit pula yang memprediksi keduanya akan maju kembali, namun tidak berpasangan. Tapi, sebagian yakin keduanya kembali tampil berpasangan lagi melanjutkan kepemimpinan.
Manuver keduanya, baik di pemerintahan, di politik, di masyarakat hingga "berwara-wiri" di medsos, terus menyita perhatian publik. Kedua tokoh ini juga tercatat masih jadi trending topik.
Terlepas dari penilaian publik, Edy dan Ijeck selalu menampilkan sosok yang akur ke publik. Saat menghadiri syukuran ulang tahun ke-61 Edy Rahmayadi, Kamis (10/03/2022), Ijeck menyanjung Edy yang sah sebagai kakek (atok).
Ijeck juga mendoakan Edy Rahmayadi agar tetap sehat dan bersemangat dalam mengemban tugas memimpin Sumut. Saat itu Ijeck datang bersama istri, Sri Ayu Mihari.
Bak berbalas pantun, Edy Rahmayadi juga menghadiri syukuran ulang tahun ke-48 Ijeck, yang dihelat di Masjid Al-Musannif, Perumahan Cemara Asri, Sabtu (02/04/2022). Ijeck berulang tahun 1 April kemarin.
Edy yang datang bersama Nawal Lubis, menyampaikan kata-kata pengharapan kepada Ijeck yang terus bersamanya memimpin Sumut hingga September 2023 nanti.
Kue ultah disuapkan Edy kepada Ijeck. Mereka tampak akrab. Pj Sekdprov Sumut, Afifi Lubis, dan Pimpinan OPD Pemprov, juga hadir.
"Pastinya 1 April hari ulang tahunnya, tetapi karena beliau 'menghilang' karena ada kegiatan, baru hari ini kita peringati. Dan sekarang Ijeck (sapaan akrab Musa Rajekshah) usianya 48 tahun, pastinya usia yang sudah pernah saya lewati," kata Edy.
Kedatangan para sahabat, khususnya unsur Pemprov Sumut, lanjut Gubernur, sebagai wujud kasih sayang dan rasa kebersamaan. Dengan harapan bersama rakyat Sumut, untuk mewujudkan kesejahteraan.
"Saya juga sering sampaikan ke beliau ini, Jeck, marga Shah itu sangat populer di Sumut. Dari saya kecil sampai sekarang. Jaga benar-benar nama baik (marga) Shah. Masjid Al-Musannif ini contohnya (prakarsa Alm H Anif), Ijeck harus meneruskan nama besar H Anif," sebut Edy.
Ijeck tampak terharu dengan kehadiran Edy dan hadirin lainnya. Ia bahkan mengaku tak menyangka disuguhkan acara syukuran untuk dirinya. Apalagi yang seperti ini katanya, baru pertama kali ia rasakan.
Karena itu dirinya berterima kasih kepada Gubernur Sumut yang memberikan penyambutan luar biasa kepada dirinya, di tengah kesibukan mengemban tugas.
"Kami kemarin perjalanan tiga hari di luar. Ada iktikaf dan tidak ada yang lain-lain, selain menjalankan dakwah. Nanti kalau boleh Pak Edy ikut," kata Ijeck.
Ijeck menjelaskan keberadaanya di Desa Gung Pinto, Kecamatan Namanteran, Karo selama 3 hari, juga mengajak Kepala Dinas TPH Sumut, Bahruddin Siregar, dimana mereka menelusuri jalan di kawasan pedesaan yang mayoritas lahan pertanian sebagai sumber ekonomi masyarakatnya.
"Jadi sembari saya dakwah, kami juga melihat bagaimana kondisi jalan (infrastruktur) di sana, lebih parah dari yang pernah dikunjungi Presiden waktu itu. Sembari mendengar apa keinginan mereka (masyarakat setempat). Jadi sekali lagi saya terima kasih kepada Pak Edy," pungkas Ijeck.
Edy Rahmayadi mengabadikan momen ultah Ijeck di medsosnya. Lewat akun instagram @edy_rahmayadi, Edy menyampaikan makna kekeluargaan mendalam dengan Ijeck.
Ia bahkan menuliskan pengakuan bahwa telah lama dekat dengan keluarga Ijeck, terutama kepada Haji Anif, ayah Ijeck, yang ia anggap sudah sepeti ayah sendiri.
Ibarat 'Gigi' dan 'Lidah'
Ustaz Helmi Nasution dari Jemaah Tabligh yang hadir memberi ceramah, menyebutkan sosok Edy dan Ijeck ibarat 'gigi dan lidah'. Keduanya saling bekerja sama, meskipun punya karakteristik yang berbeda.
Ustaz mengibaratkan Edy Rahmayadi seperti gigi yang keras karena berlatar belakang militer, dan Ijeck diibaratkan lidah, yang kesannya lembut.
Tetapi, kata Ustaz Helmi, meskipun yang satu keras dan satu lembut, gigi tak pernah menggigit lidah, keduanya saling bekerjasama. Kerjasama dimaksud antara keduanya, lanjut ustaz, adalah dengan saling memahami kelemahan saudaranya dan saling mengingatkan.
"Maka apabila keaddan demikian terus terjaga, maka Sumut diyakini dapat menjadi negeri yang Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, atau dalam bahasa berarti Negeri yang baik dengan Rabb Yang Maha Pengampun," ujar Ustaz Helmi.