Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Lonjakan inflasi yang dipicu kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus mulai mengkhawatirkan banyak pihak. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi April 2022 sebesar 3,47% (yoy).
Ekonom dari Verdhana Sekuritas, Heriyanto Irawan memprediksi inflasi Indonesia bisa meningkat ke level 5-6%. Kalau pun itu terjadi, realisasinya disebut masih lebih rendah dibanding negara lain.
"Menurut estimasi kami inflasi Indonesia yang 3,5% itu kemungkinan bisa naik ke level 5 atau 6%. Kalau pun itu terjadi, dibandingkan dengan negara-negara lain ini masih relatif rendah," kata Heriyanto dalam Taklimat Media yang diselenggarakan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Jumat (13/5/2022).
Dampak kenaikan inflasi itu disebut akan berpengaruh terhadap harga BBM yang bisa semakin mahal. "Kita merasa ke depan ini tidak menutup kemungkinan ada penyesuaian harga BBM dan ini bisa mendorong kenaikan inflasi. Tetapi harga pangan, harga makanan masih relatif stabil seperti harga beras," tuturnya.
Di sisi lain nilai tukar rupiah masih stabil karena kinerja ekspor yang masih mencatatkan surplus selama 23 bulan berturut-turut. "Dampak rupiah dengan inflasi ini harus bisa diukur dengan dijaga agar relatif rendah tapi kalau ini naik, harus bisa menjaga ekonomi kita," kata dia.
Setelah negara mampu mengendalikan penyebaran virus COVID-19, tantangan barunya adalah kenaikan inflasi. Hal ini tidak hanya berlaku bagi Indonesia, melainkan berbagai negara di dunia. "Inflasi adalah tantangan yang terbesar setelah COVID-19 untuk seluruh negara tak terkecuali Indonesia," kata dia.
Untuk itu, menurut Heri, setiap negara termasuk pemerintah Indonesia harus memberikan perhatian lebih pada tren kenaikan inflasi ini. Dia menyarankan agar negara juga membuat tim khusus yang memantau kenaikan inflasi.
"Menurut hemat kami mungkin setelah ada Satgas COVID-19, kita perlu ada Satgas inflasi karena ini tantangan yang cukup berat supaya kita ada koordinasi yang menyeluruh, antisipatif dan bisa proaktif," sarannya.(dtf)