Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Dampak Rusia membatasi ekspor gasnya telah merembet dampaknya ke industri semikonduktor. Produsen semikonduktor kehilangan bahan baku untuk membuat chip.
Hal itu terjadi setelah Rusia membatasi ekspor gas inert termasuk neon, argon, dan helium ke negara-negara 'tidak ramah'. Ketiga gas tersebut digunakan untuk menghasilkan chip elektronik kecil yang dipasang di rakitan produk konsumen. Mulai dari smartphone, mesin cuci, hingga mobil.
Padahal selama ini karena hantaman pandemi, dunia sedang mengalami kekurangan pasokan chip selama berbulan-bulan.
Dilansir dari CNN, Senin (20/6/2022), sebelum perang Rusia dan Ukraina berkecamuk. Dua negara itu telah bersama-sama menyumbang sekitar 30% dari pasokan gas neon industri chip, data ini didapatkan dari konsultan Bain & Company. Kini Rusia menahan pasokan gasnya, sedangkan Ukraina masih berjibaku menahan serangan dari Rusia.
Industri semikonduktor sendiri sedang berjuang untuk bangkit setelah pandemi. Pasokan chip mulai diperbanyak, namun apa yang terjadi di Rusia dan Ukraina justru memberikan sakit kepala baru bagi para produsen.
"Yang tidak kami butuhkan, jelas, adalah drama lain dengan pasokan chip yang dapat mempengaruhi dan mungkin menghambat pemulihan," kata Justin Cox, direktur produksi global di konsultan otomotif.
Neon memainkan peran penting dalam produksi semikonduktor, dalam proses yang disebut litografi. Gas mengontrol panjang gelombang cahaya yang dihasilkan oleh laser saat menggores pola ke potongan silikon yang membentuk chip.
Sebelum perang, Rusia mengumpulkan neon mentah sebagai produk sampingan di pabrik bajanya, kemudian mengirimkannya ke Ukraina untuk pemurnian. Kedua negara telah memimpin produsen gas inert sejak zaman Uni Soviet.
Konflik telah menyebabkan kerusakan kapasitas yang berlangsung lama. Pertempuran sengit di beberapa kota Ukraina, termasuk Mariupol dan Odessa, dua kota pelabuhan penting yang strategis, telah menghancurkan lokasi industri dan membuatnya sangat sulit untuk mengekspor barang dari wilayah tersebut.
Produsen semikonduktor sendiri mengaku telah mengurangi ketergantungan mereka pada wilayah tersebut sejak Rusia menginvasi Krimea pada tahun 2014. Peter Hanbury, mitra di praktik manufaktur Bain & Company untuk Amerika, mengatakan pembuat chip telah melipatgandakan upaya mereka setelah invasi Februari.
Namun, tak bisa dikesampingkan, ketergantungan industri chip pada Ukraina dan Rusia untuk gas neon secara historis sangat tinggi di antara 80% dan 90%. Namun sejak 2014, pembuat chip telah menguranginya menjadi kurang dari sepertiga.
Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah pembatasan ekspor Rusia akan berdampak pada pembuat semikonduktor. Sejauh ini, perang di Ukraina tidak mengganggu produksi chip.
Namun, jika pembuat chip mau mencari mencari pasokan yang hilang dari Rusia dan Ukraina, mereka cenderung harus membayar lebih banyak untuk gas vital.
"Saya tidak berpikir kita akan melihat dampaknya setidaknya selama beberapa bulan... Saya pikir dampak yang kita lihat kemungkinan akan sedikit," kata Hanbury.(dtf)