Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Toba. Anggota DPR RI Komisi VII, Ir Lamhot Sinaga, bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaksanakan pelatihan pengolahan pupuk kompos dari bahan hijau dan lokal untuk masyarakat se-Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Sabtu (8/10/2022).
Plt Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Riset dan Inovasi Daerah BRIN, Dr Wihatmoko Waskitoaji, mengatakan, program masyarakat bertanya BRIN menjawab merupakan rangkaian alokasi dan progres kegiatan untuk masyarakat Tahun Anggaran 2022.
Hasil dari rapat bersama dengan Komisi VII DPR RI sebagai mitra kerja BRIN menyetujui atas inisiasi Anggota DPR RI Komisi VII, Lamhot Sinaga untuk melakukan berbagai pelatihan dan riset di kawasan Danau Toba.
"Justru itu, kami hadir untuk masyarakat. Artinya, ketika perlu sentuhan BRIN siap membantu, tidak perlu khawatir bisa memanfaatkan skema pelatihan untuk semua teknologi," ungkapnya.
Anggota DPR RI Komisi VII, Lamhot Sinaga, mengatakan, kegiatan riset seperti ini adalah hasil keputusan rapat dengan mitra kerja BRIN. "Kami waktu lalu di komisi VII dengan mitra kerja kami BRIN sepakat untuk melakukan riset," katanya.
Menurutnya melihat dan merasakan permasalahan yang dialami oleh masyarakat soal kebutuhan pupuk. Perlu sebuah inovasi untuk melalui riset. "Permasalah pupuk ini bukan hanya di Toba saja. Hal serupa akan kita lakukan di Kabupaten Samosir bekerjasama dengan BRIN. Saya berpikir untuk pengolahan kompos di Toba melihat mata pencaharian masyarakat 94 persen dari sektor pertanian," ungkapnya.
Lamhot Sinaga mengaku pupuk kimia adalah permasalahan klasik yang dialami masyarakat petani di kawasan Danau Toba saat ini. Alhasil, perlu mencari solusi dari permasalahan itu. "Masalah keterbatasan produksi pupuk subsidi di petani kita. Perlu solusi dengan pembuatan dan pengolahan kompos," harapnya.
Dia menyebutkan soal data produksi produsen pupuk nasional dengan kapasitas produksi 15 juta per tahun, padahal kebutuhan pupuk nasional sebanyak 23 juta ton subsidi dan non subsidi.
"Melihat perbandingan produksi pupuk nasional dengan kebutuhan pupuk secara nasional masih kurang. Itu artinya kita masih impor kurang lebih 8 juta ton. Dengan kapasitas 15 juta ton per tahun dan 9 juta pupuk bersubsidi dan 6 juta per tahun non subsidi, masih kurang 8 ton lagi," ungkapnya.
Menurut Ketua DPP Golkar ini bahwa rentetan permasalahan pupuk nasional tersebut berdampak pada pertanian masyarakat. Dengan ketersediaan pupuk kompos
"Melihat itu, kondisi keterbatasan pupuk saat ini tidak mampu menggerakkan pertanian kita. Khusus di Kabupaten Toba, dengan komoditas jagung sudah pasti membutuhkan pupuk untuk pertanaman jagung," sebutnya.
"Kita berharap pupuk kompos menjadi solusi, untuk kebutuhan pupuk dalam mmleningkatkan kapasitas produksi jagung. Disamping kebutuhan pupuk untuk tanaman kopi, padi, coklat, tanaman rempah dan hortikultura," harapnya.
Dengan kehadiran BRIN, kata Wakil Ketua Umum Kosgoro 1957 ini, diharapkan Pemda Toba terbantu untuk mengatasi permasalahan kebutuhan pupuk kimia melalui inovasi pengolahan kompos bahan hijau dan lokal.
"Pengolahan pupuk kompos sebagai solusi permasalahan pupuk industri di Toba. Kemudian pemda sudah terbantu mengatasi kebutuhan pupuk industri," sebut Lamhot.
Secara khusus ia menekankan kepada peserta, agar memanfaatkan pelatihan pengolahan pupuk kompos dari bahan hijau dan lokal dengan baik dan ilmunya dapat diimplementasikan menjadi solusi permasalahan pupuk di Kabupaten Toba.
"Manfaatkan kegiatan ini mengatasi permasalahan pupuk tanpa mengesampingkan permasalahan lainya seperti ketersedian bibit jagung. Karena saya tau apa permasalahan yang dialami masyarakat kita saat ini," tutupnya.