Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Indonesia terus mendorong program hilirisasi. Setelah hilirisasi nikel dianggap berhasil, pemerintah sedang menyasar hilirisasi gas dan pangan.
Lewat hilirisasi, nilai ekspor yang tadinya US$ 3,2 miliar atau atau Rp 51 triliun (kurs Rp 15.500) pada 2017 menjadi US$ 20,9 miliar atau Rp 323,95 triliun pada 2021.
Oleh karena itu, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia akan melanjutkan hilirisasi ke sektor gas. Rencana ini sudah dibahas dalam rapat terbatas (ratas) bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"(Hilirisasi) nikel sudah berhasil. Presiden mengarahkan kita ekspansi hlirisasi, salah satunya adalah gas. Kemarin kami ratas, bapak Presiden sudah meminta kami untuk menghitung baik," ujar bahlil dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/11/2022).
Salah satu langkah yang disiapkan adalah membangun pabrik methanol. Bahlil menyebut 80% methanol Indonesia berasal dari impor.
Terkait hal ini, Bahlil menyatakan sudah ada investor Amerika Serikat (AS) berinvestasi di sektor ini. Adapun lokasi pabriknya direncanakan di Bojonegoro, Jawa Timur.
"Kemudian kita bangun juga pabrik methanol di Jawa Timur, Bojonegoro. Di sana investor sudah ada dari Amerika. Investornya bukan dari Asia, tapi dari Amerika," jelasnya.
Selain itu, pabrik pupuk dan amonia di Papua Barat, yaitu di Fakfak dan Bintuni. Pabrik pupuk akan didirikan di Fakfak, sementara Pabrik Amonia di Bintuni.
Terkait hilirisasi pangan, Bahlil menyebut ada momentum yang bisa dimanfaatkan. Pasalnya, terjadi konflik antara Rusia-Ukraina yang membuat dunia mengalami krisi pangan dan energi.
"Untuk pangan, sekarang kita dorong mulai dari mana nih hilrisasainya, baik dari perikanan atau pangan secara umum. Kita sedang menuju ke sana," ujarnya.
Hilirisasi pangan disebut cukup potensial. Nilai investasinya tidak terlalu besar namun punya pangsa pasar yang besar.(dtf)