Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
KUNCI utama dari keberhasilan neraca perdagangan secara rasional adalah melalui pengembangan akselerasi kebijakan ekonomi secara efektif, efisien dan tepat guna.
Seperti yang hangat diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan laporan neraca perdagangan (Balance of trade) Indonesia pada 2023 yang mampu mencatat surplus US$ 3,87 miliar.
Artinya, hingga sampai saat ini telah tercipta kondisi surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Nilai surplus berasal dari sektor nonmigas sebesar US$ 5,29 miliar, namun adanya surplus ini tereduksi karena terjadinya defisit sektor migas senilai US$ 1,42 miliar dengan nilai komoditas penyumbang defisit minyak mentah dan hasil minyak.
Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas riil tercatat surplus US$ 5,29 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama yaitu bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati serta besi dan baja.
Secara umum, ada tiga negara dengan raihan surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar per Januari 2023 yaitu negara Amerika Serikat (AS), Filipina dan India.
Sedangkan negara AS yang menyumbang nilai surplus sebesar US$ 1.174,3 juta pada komoditas mesin / perlengkapan elektrik serta bagiannya.
Surplus terbesar berasal dari komoditas mesin dan perlengkapan elektronik serta bagiannya HS 85 sebesar US$ 291,2 juta, pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) HS 62 US$ 182,4 juta, lemak dan minyak hewan/nabati HS 16 sebesar US$ 175 juta. (BPS, 2023)
Untuk Filipina, surplus perdagangan Indonesia mencapai US$ 909,2 juta. Surplus terbesar disumbangkan oleh bahan bakar mineral HS 27 sebesar US$ 392,4 juta, kendaraan dan bagiannya HS 87 sebesar US$ 235,1 juta, serta besi dan baja HS 72 sebesar US$ 47,3 juta.
Terakhir, pada negara India surplus perdagangan Indonesia mencapai US$ 810,5 juta. Surplus terbesar disumbangkan oleh produktivitas bahan bakar mineral HS 27 sebesar US$ 439,1 juta, lemak dan minyak nabati / hewan HS 15 sebesar US$ 436, besi dan bajar HS 72 sebesar US$ 109,9 juta. (BPS, 2023)
Langkah Dinamis
Secara kuantitatif, negara Indonesia mencatatkan defisit perdagangan terbesar dari Australia sebesar US$ 398,8 juta, Thailand US$ 353,1 juta, dan Argentina US$ 247,1 juta.
BPS melaporkan jika volume impor minyak dan gas (Migas) Indonesia meningkat 5,61 juta ton menjadi 47,74 juta ton pada 2022, sedangkan volume ekspornya turun 8,66% menjadi 24,56 juta ton.
Dalam rasional ini, volume perdagangan migas nasional mengalami defisit 23,18 juta ton pada 2022. Volume defisit ini meningkat 52,13% dibandingkan pada 2021, sekaligus menjadi defisit terbesar sejak 2010.
BACA JUGA: Pembenahan Vertikal Industri Minyak Goreng Nasional
Perlu dicatat, jika sejak dua dekade terakhir Indonesia pertama kali mencatatkan nilai defisit perdagangan migas 2013. Pada 2022 nilai impor migas Indonesia mengalami kelonjakan dari 58,32% menjadi USD 40,42 miliar, sementara nilai ekspor migas hanya meningkat 30,8% menjadi USD 16,02 miliar.
Dengan demikian neraca perdagangan migas Indonesia mengalami defisit senilai USD 24,4 miliar pada 2022, kondisi ini meningkat 83,69% dibanding nilai defisit 2021 yang hanya berkisar USD 13,28 miliar.
Kondisi ini tampaknya terjadi karena belum ditemukannya sumur-sumur baru yang dapat mendorong lifting migas nasional, sedangkan produksi dari sumur migas existing semakin terbatas.
Dalam sisi lain, ruang ekonomi domestik yang terus tumbuh faktanya masih sangat membutuhkan ketahanan sumber energi yang lebih banyak. Realitas ini jauh melampaui kemampuan produksi migas nasional.
Pemerintah setidaknya harus menambah impor minyak mentah dan minyak olahan guna memenuhi kebutuhan tersebut. Apa yang terjadi dalam realitas neraca perdagangan global jelas menjadi tantangan serius bagi pemerintah untuk memacu akselerasi ekonomi secara lebih efektif terutama dalam menjaga stabilitas sumber daya ketahanan ekonomi domestik.
Jika melihat kondisi pasar Asia Pasifik hari ini, pergerakan dari pasar Asia Pasifik nyatanya diperdagangkan lebih tinggi karena investor mencerna rekor defisit perdagangan Jepang sebesar 3,5 triliun yen (US$ 26 miliar).
Investor juga mencerna laporan penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan dari Wall Street. Yen Jepang sedikit menguat setelah rilis data perdagangan. Nikkei 225 naik 0,55% dan Topix naik tipis 0,44%.
Di Korea Selatan, Kospi naik 0,67% dan Kosdaq naik 0,9%. Di Australia, S&P/ ASX 200 dibuka 0,19% lebih tinggi. (marketindex, 2023). Secara sederhana dapat dilihat jika pasar global Asia cukup terbuka terhadap respon ekonomi pertumbuhan berkelanjutan.
Persoalannya kemudian apakah negara Indonesia mampu membaca peluang ini untuk mengukur proyeksi langkah kebijakan ekonomi berikutnya.
Mengukur Proyeksi
Terjadinya surplus neraca perdagangnan sejatinya telah berkontribusi positif dalam menjaga konstelasi ruang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Pada Januari 2023, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat US$ 5,29 miliar yang didukung kuatnya kinerja ekspor nonmigas, yang tercatat sebesar US$ 20,83 miliar.
Kinerja ekspor nonmigas ini bersumber dari ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, termasuk karet dan batubara tetap kuat seiring harga komoditas global yang masih tinggi.
Selain itu, ekspor produk manufaktur, seperti mesin dan perlengkapan elektrik maupun logam mulia dan perhiasan/permata, tercatat terus meningkat.
Pada posisi ini pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat terus memperkuat sinergi kebijakan secara konsisten dengan pemerintah dan otoritas terkait demi meningkatkan ketahanan eksternal secara alami dan produktif.
Ada dua komponen yang dapat menjadi fondasi yang baik dalam menjaga kestabilan neraca perdagangan negara supaya mampu berkembang secara baik.
Pertama, pemerintah harus konsisten dalam mengeluarkan paket kebijakan yang terdiri beberapa komponen utama seperti memperbaiki neraca transaksi berjalan dan nilai tukar, menjaga pertumbuhan ekonomi dan daya beli dengan memastikan defisit anggaran baik terhadap lonjakan produk domestik bruto, selain itu juga perlu terus menjaga laju inflasi, dengan cara memperbaiki niaga komponen harga yang mudah bergejolak (volatile food) sekaligus menjaga dinamisasi peluang investasi dalam relaksasi aturan dan izin usaha.
Melalui cara-cara ini pemerintah akan punya prospek analisis secara mendalam dalam mengukur segala macam kebutuhan anggaran agar dapat berdaya saing dan berfungsi secara maksimal.
Kedua, pemerintah harus mendorong optimalisasi pendayagunaan porsi penggunaan biodiesel (bahan bakar alami) secara lebih kuantitatif, efektif dan tepat guna demi menekan konsumsi bahan bakar yang tidak dapat diperbaharukan seperti solar sehingga dengan efektivitas sumber bahan bakar berbasis lingkungan akan mendorong laju perkembangan ekonomi secara lokal karena potensi besar atas sumber daya alam yang ada di seluruh kawasan Indonesia akan benar – benar digunakan untuk pemamfaataan kebutuhan aktivitas ekonomi lokal.
Hal ini memberi dampak kestabilan yang berkelanjutan bagi pertumbuhan neraca perdagangan. Karena aset pertumbuhan ekonomi lokal akan terus menerus mandiri dan terus tumbuh secara alami.
Hilirisasi proses pada akhirnya akan memberikan hasil yang sangat signifikan terhadap ketahanan konsumsi domestik dan rasionalisasi atas kestabilan neraca perdagangan secara global yang memberi kesejahteraan mamfaat secara luas.
====
Penulis Analis dan Eksekutif Jaringan Studi Indonesia
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG) posisi lanskap, data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]