Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Setelah sukses meraih predikat Terbaik I Pencapaian Realisasi Semester I Tahun Anggaran 2023, dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kementerian Pertanian (Kementan), kini pihak pelaksana program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) di Sumatera Utara, menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan program tersebut secara mandiri di tahun 2024.
“Program SIMURP yang dilaksanakan di Kabupaten Deliserdang dan Serdangbedagai telah memberikan manfaat nyata bagi petani dan penyuluh setempat, sehingga harus tetap dilanjutkan meski program dari pemerintah pusat ini berakhir di tahun 2024,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, diwakili Sekretaris Dinas, Hj Lusyantini, saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi SIMURP 2023 di Aula Inpari Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Pasar Miring kawasan Jalan Galang Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deliserdang, Jumat (11/08/2023).
Dikemukakannya, program SIMURP merupakan salah satu upaya meningkatkan produktivitas padi dengan menerapkan pertanaman ramah lingkungan. Selain itu, sumber daya petani semakin meningkat dengan berbagai pelatihan yang dilaksanakan, termasuk diajarkan teknologi Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture, CSA), serta mampu menghasilkan produk olahan pertanian dalam upaya menambah penghasilan keluarga.
“Program ini harus tetap berlanjut demi peningkatan kesejahteraan petani,” tegasnya yang saat itu didampingi Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Ketapang TPH Sumut, H Sutarman, Sub-Koordinator Kelembagaan Penyuluhan, M Syafnurdin Asroi, Sub-Koordinator Ketenagaan penyuluh, Fredy Amrin Siregar, dan Sub-Koordinator Penyelenggara Informasi Pasar, Gustina Roma Siregar.
Hal itu dibenarkan Manajer SIMURP Pusat Penyuluh Pertanian Kementan, Sri Mulyani. Ia mengingatkan para pelaksana di kabupaten harus melanjutkan program yang merupakan inovasi di bidang pertanian ini secara mandiri dengan sumber dana APBD masing-masing.
“Meski SIMURP yang dimulai sejak tahun 2019 dengan sumber dana dari loan agreement pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia dan Asian Infrastructure Investment Bank, akan berakhir pada Juni 2024, namun program ini harus tetap berlanjut dengan dana dari kabupaten masing-masing,” imbau Sri Mulyani.
Ia menjelaskan, selama ini pengelolaan program SIMURP berada di empat kementerian/lembaga, yakni Bappenas, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertanian yang dilaksanakan di 13 Daerah Irigasi (DI) dan dua Daerah Rawa di delapan provinsi, masing-masing Sumut, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat, serta 16 kabupaten, termasuk Deliserdang dan Sergai.
“Ada tiga target program CSA SIMURP yang harus dicapai, yakni peningkatan produksi, pertanian berkelanjutan dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK),” tuturnya.
Lebih lanjut dikatakannya, pengurangan emisi GRK yang tidak dibarengi dengan peningkatan produksi, tidak sesuai dengan harapan. Padahal, ujarnya, terdapat inovasi teknologi CSA SIMURP yang bila diterapkan bisa meningkatan produktifitas, sekaligus mengurangi efek GRK dan membangun pertanian berkelanjutan.
Salah satunya, penggunaan varietas unggul yang mampu beradaptasi dengan iklim baik kekeringan maupun genangan, pemupukan seimbang, serta pengelolaan air yang efisien yaitu dengan menggunaan intermittent irrigation/ Alternate Wetting and Drying (AWD), hingga penggunaan pestisida nabati.
Diakuinya, pelaksanaan SIMURP berlangsung secara bertahap. Pada tahun pertama, misalnya, dilakukan Training of Master (TOM) bagi para petugas dari berbagai profesi antara lain dosen (dari Polbangtan), widyaiswara, penyuluh pertanian/KJF provinsi, dan penyuluh pertanian/KJF pusat.
Begitu juga pada tahun 2020, lanjutnya, ada sebanyak empat fokus utama kegiatan, seperti Training of Trainer (TOT), Training of Farmer (TOF) Teknologi Berbasis CSA, dukungan penerapan Teknologi Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture, CSA) padi dan non padi (High Value Crop), penguatan Balai Penyuluhan Pertanian berbasis CSA, serta pengembangan produk dan jejaring pasar (market).
Menanggapi imbauan tersebut, Kepala Dinas Pertanian Deliserdang, Rahman Saleh Dongoran, mengaku siap untuk melanjutkan program CSA SIMURP.
“Kalau untuk kepentingan para petani, Bapak Bupati sangat respek,” tukasnya.
Dalam hal produk olahan yang dihasilkan para anggota Kelompok Wanita Tani (KWT)/Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) binaan CSA SIMURP Sumut, pihaknya juga bersedia untuk membantu dalam pemasarannya. Apalagi, Kabupaten Deliserdang memiliki wadah bernama Pusat Unggulan Daerah untuk para pelaku UMKM yang berusaha memperluas jaringan pemasaran.
“Saya melihat kualitas bahan baku produk olahan yang digunakan KWT dan pelaku KEP sangat bagus serta kemasannya juga cukup menarik,” pujinya.
Berdasarkan pengamatan, rombongan juga berkesempatan untuk meninjau BPP Jaharun yang merupakan BPP terbaik di Sumut.