Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Audrey Sullivan (Ashley Park, Anda mungkin melihatnya nongol di Emily In Paris) adalah seorang anak adopsi dengan orang tua kulit putih.
Sahabatnya dari kecil adalah Lolo (Sherry Cola) yang aksinya selalu bisa ditebak akan membuat suasana menjadi lebih meriah. Kedua orang ini sangat berbeda meskipun lingkungan Amerika melihat mereka sebagai orang Asia.
Kalau Audrey adalah tipe high achiever yang ingin mendapatkan segalanya dalam hidup, Lolo adalah tipe orang penganut ilmu "selow bae".
Ketika Audrey mendapatkan kesempatan untuk menjadi partner di firma-nya, Lolo pun bersedia menemani Audrey dengan berangkat ke Beijing.
Di Beijing rencananya Audrey harus "jabat tangan" dengan businessman lokal yang akan membawa bisnis besar terhadap firmanya. Lolo membawa Deadeye (Sabrina Wu), sepupunya yang sangat eksentrik dan terobsesi dengan K-Pop.
Sementara itu di Beijing, Kat Huang (Stephanie Hsu), sahabat lain Audrey yang sekarang menjadi aktris di Cina menantinya. Yang tidak mereka tahu adalah petualangan gila yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup mereka.
Ditulis oleh Cherry Chevapravatdumrong dan Teresa Hsiao (Adele Lim sebagai sutradara juga ikut andil dalam cerita), Joy Ride adalah sebuah komedi gila-gilaan yang membuat Anda teringat dengan film-film macam Bridesmaids atau bahkan mungkin The Hangover.
Saking banyaknya komedi yang hadir dalam film ini, Anda tidak akan tahu kapan bernafas. Dari dialog yang lucu sampai adegan yang gila-gilaan, dari yang halus sampai yang luar biasa vulgar, Joy Ride punya semuanya.
Tapi tentu saja, apa artinya komedi jika tidak ada drama yang kuat. Zaman sekarang menjadi lucu saja tidak cukup. Bahkan untuk ukuran film studio seperti Joy Ride, ia harus punya sesuatu yang untuk disampaikan.
Mengikuti jejak Bridesmaids yang mempunyai hubungan pertemanan sebagai pondasinya, Joy Ride juga melakukan yang sama dengan plot antara Audrey-Lolo-Kat. Meskipun apa yang terjadi dengan mereka sepanjang film bisa ditebak, tapi relationship mereka menjadi agak sedikit punya daging mengingat film ini membicarakan tentang minoritas (Asian-American).
Adele Lim, salah satu penulis yang bertanggung jawab atas adaptasi Crazy Rich Asians, melukis Joy Ride tidak hanya dengan kanvas female friendship tapi juga membahas dengan sesuatu yang sangat spesifik tapi sekaligus universal: belonging.
Dalam Joy Ride, Audrey digambarkan sebagai sosok yang meskipun sukses tapi seperti tidak merasa berada di bagian manapun. Ia engga sekali pergi ke Beijing karena hal tersebut mengingatkannya kepada ibunya yang meninggalkannya di panti asuhan.
Tapi pada saat yang sama, orang Amerika melihatnya sebagai orang Asia meskipun Audrey mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Amerika. Pencarian identitas dan jati diri ini juga akhirnya yang membuat Joy Ride lebih dari sekedar komedi vulgar.
Tapi memang, apapun pesan yang ia sampaikan, Joy Ride adalah sebuah hiburan luar biasa yang akan mengundang Anda tertawa dari awal sampai akhir. Kebanyakan humornya berhasil disampaikan dengan baik.
Dari awal bertemu dengan pengedar narkoba di kereta, "mencabut" narkoba yang disembunyikan, flirting dengan atlit sampai dengan pura-pura jadi member K-Pop, semuanya ada di film ini. Dan tentu saja semua momen lucu itu tidak akan berhasil disampaikan dengan baik tanpa chemistry pemainnya yang jempolan.
Ashley Park sangat meyakinkan sebagai sosok yang sangat "saklek" dalam menjalani hidup. Sherry Cola mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menyampaikan dialog. Ini adalah pertama kalinya saya menyaksikan Sabrina Wu tapi ia tahu bagaimana cara membuat saya tertawa tanpa menyampaikan apa-apa. dtc