Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tanpa kebun mendorong aksi pencurian brondolan atau buah sawit yang lepas dari tandan buah segar (TBS) semakin marak di Sumatra Utara (Sumut). Hal itu pun meresahkan perusahaan perkebunan.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Timbas Prasad Ginting, mengatakan, kemudahan pengurusan izin melalui online single submission (OSS) dimanfaatkan sejumlah orang untuk membuat perusahaan yang kurang jelas seperti PKS yang tidak memenuhi persyaratan seperti tanpa kebun.
"Akibat tanpa kebun, PKS melakukan berbagai cara untuk mendapatkan buah sawit yang akhirnya juga memicu aksi pencurian brondolan sawit di kebun-kebun. Pencurian bahkan melibatkan ibu-ibu dan anak-anak. Muncul istilah kerja jadi 'Makbro' alias emak-emak brondolan," katanya, Selasa (7/11/2023).
Timbas mengatakan, pendapatan jadi 'Makbro' cukup besar karena harga jual brondolan sawit lebih mahal dari harga TBS yang masih memiliki janjangnya. "Selisihnya bisa lebih dari Rp 1.000/kg. Lebih tinggi harga brondolan sawit ketimbang TBS," katanya.
Dengan selisih harga tersebut, maka pendapatan 'Makbro' rata-rata bisa mencapai Rp 300.000 hingga Rp 400. 000/hari. Pendapatan itu lebih tinggi dari menjadi Buruh Lepas Harian (BHL) yang sekitar Rp 150.000.
Aksi pencurian itu, kata Timbas, sering terjadi di perkebunan yang berada atau dekat dengan pemukiman rakyat. Timbas yang didampingi Wakil Ketua Mino Lesmana, Sekretaris Syahril Pane dan Bendahara Sugihartana, mengungkapkan, pencurian itu merugikan perusahaan yang berdiri dengan banyak persyaratan dan kewajiban. Pencurian itu juga merusak mental masyarakat.
"Sebaliknya perusahaan tanpa kebun itu meraih untung besar. Apalagi hasil pengolahan brondolan sawit tersebut bila di ekspor umumnya dapat diolah menjadi biodisel dan pengenaan pajaknya belum ada ditetapkan diregulasinya," kata Timbas.
Brondolan sawit asam lemaknya tinggi dibandingan TBS karena kematangan buahnya yang lebih tinggi. Gapki sendiri, sudah membicarakan masalah ini dengan berbagai pihak dan berharap pemberian izin pendirian PKS diperketat.
Sekretaris Gapki Sumut, Syahril Pane, menyebutkan pencurian brondolan sawit menjadi bahaya laten, karena kebiasaan mencuri itu sudah melibatkan keluarga termasuk anak-anak dan membuat warga malas bekerja.
"Adanya perusahaan yang mengandalkan bahan baku pabriknya dari orang lain telah merubah perilaku sosial masyarakat ke arah negatif. Dari orang baik-baik menjadi pencuri bahkan pengguna narkoba untuk menjadi berani melakukan pencurian atau berfoya-foya menghabiskan pendapatannya," kata Syahril.