Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Peranan guru dinilai begitu penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Di tangan merekalah generasi berkualitas, yakni generasi pintar, sehat dan berahlakul karimah akan ditentukan.
Untuk itu para guru harus mengejar ketertinggalan teutama dalam hal kualitas pendidikan agar bisa menghasilkan generasi berkualitas.
Hal itu disampaikan Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) saat mengampanyekan gadget sehat di sekretariat Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Aceh Besar, pada Senin (13/11/2023).
Sebagai salah satu organisasi profesi yang dimiliki oleh guru di Indonesia, Prof Ridha mengingatkan agar guru bisa menyadari bahwa Indonesia Emas 2045 bukanlah terjadi begitu saja tanpa effort (upaya) yang jelas.
"Keunggulan Indonesia dalam situasi bonus demografi harus dimanfaatkan. Ini bukan hanya berbicara tentang jumlah usia produktif yang tinggi saja tapi juga kualitas. Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,3 persen dan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 pertumbuhan ekonomi kita harus di angka 7 persen. Sehingga perlu kerja yang lebih keras lagi buat para guru sebagai agen perubahan," ujar Prof Ridha.
Masih menurut Prof Ridha, jika bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan sebaiknya, maka peluang untuk bersaing dengan negara lain di era global akan sangat terbuka, mengingat situasi negara lain saat ini sangat kekurangan usia produktif.
"Tentunya jika bonus demografi bisa dimanfaatkan Indonesia akan menjadi negara yang diperhitungkan bahkan masuk di jajaran lima besar dunia. Jika, kaum mudanya atau kaum produktifnya bisa tumbuh menjadi generasi berkualitas, yakni generasi pintar, sehat dan memiliki ahlak yang mulia atau bermoralitas yang baik," tutur Prof Ridha.
Namun, sambungnya jika tidak bisa memanfaatkannya, Guru Besar di Fakultas Kedokteran itu menyebutkan bonus demografi bisa menjadi bencana demografi. Penyebabnya adalah penggunaan gadget yang tidak tepat baik secara posisi maupun durasi.
Pada pengalamannya sebagai dokter spesialis bedah syaraf, Prof Ridha banyak menemukan anak muda mengalami syaraf kejepit pada bagian leher akibat penggunaan gadget yang tidak tepat.
"Gejalanya sering mengalami kesemutan tangan dan kaki, pegal di leher, pundak terasa berat dan bangun tidur tidak segar. Ini dulunya dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tapi saat ini sudah dirasakan anak remaja tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ucapnya.
Itu semua dikarenakan adanya tekukan pada bagian leher saat memakai gadget. Jika tekukan semakin dalam maka beban leher akan semakin berat hal ini lah menjadi pemicunya.
"Jika menggunakannya dalam durasi singkat mungkin tidak begitu berpengaruh, tapi jika dilakukan dalam durasi tiga hingga empat jam tentu akan berbahaya. Apalagi jika dilakukan secara terus menerus selama berbulan bahkan bertahun lamanya, maka dampak yang diakibatkan adalah kematian saraf," terangnya.
Kondisi kematian saraf, ujar Prof Ridha, adalah situasi yang mengerikan.
"Kalau sudah kematian pada saraf maka ini horor. Akan terjadi kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil dan besar loss tidak terasa dan seksual bagi kaum lelaki akan hilang. Tentunya tidak ada operasi yang bisa mengembalikan dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkan. Yang ada kita akan mendapatkan generasi cacat di masa depan," katanya.
Untuk itu dirinya meminta para guru yang hadir agar lebih bijak dalam pemanfaatan gadget, agar mimpi menuju Indnesia Emas 2045 bisa terwujud.
"Bapak ibu sekalian, ini kesempatan emas yang harus digenggam. Dalam lima hingga 10 tahun ke depan persaingan akan semakin ketat. Tidak hanya sesama anak negeri tapi juga luar negeri di era global saat ini. Bahkan kita juga akan menghadapi persaingan dengan mesin. Untuk itu menyiapkan generasi pintar, sehat dan bermoralitas bukanlah pilihan tapi kewajiban," ucapnya.
Bukan berarti kita juga akan hilang kesempatan. Menurut Prof Ridha bonus demografi akan menjadi peluang untuk bisa bersaing dengan negara lain yang saat ini kekurangan sumber daya manusia yang produktif. "Manfaatkan bonus demografi ini. Bagaimanapun masa depan kita nanti, kualitas akan membuktikan anak bangsa ini bisa bersaing dengan negara lain," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kurnia Khalik M.Pd Perwakilan PGRI Aceh berharap kedatangan Prof Ridha bisa memberikan insiprasi buat para guru di Aceh khususnya.
"Kita para guru tidak terlepas dengan gadget sebagai media melengkapi materi. Untuk itu kami perlu pemahaman akan gadget sehat bagaimana penerapannya dan dampak yang dihasilkan jika salah dalam pemanfaatannya," kata Kurnia.
Dirinya pun mengaku teringat akan pesan dosennya saat masih mengenyam bangku perguruan tinggi di Unsyiah Aceh. "Jadilah generasi pelurus bangsa. Ini dalam sekali maknanya, kalau penerus bangsa, yang korupsi maka akan kita teruskan. Tapi kalau pelurus bangsa yang korupsi bisa kita luruskan. Sama seperti GGSI ini, yang bengkok-bengkok akan diluruskan sehingga generasi kita ke depan akan menjadi generasi pelurus tentunya," ucapnya.
Seperti diketahui, kunjungan Prof Ridha di sekretariat PGRI Aceh menjadi rangkaian terakhir roadshow kota ke 16 nya di Aceh. Ke depan Prof Ridha akan berencana melanjutkan roadahsow di Pekanbaru dan juga Padang.