Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Sibolga. Nova Alfira (21) adalah anak satu-satunya dari pasangan suami istri yang bekerja sebagai petani. Sebagai anak tunggal, ia pun terbiasa hidup mandiri karena sudah merantau sejak menempuh pendidikan ke perguruan tinggi.
Tak hanya persoalan jarak yang jauh dengan orangtuanya, Nova juga berjuang untuk membiayai kuliahnya sendiri. Ia memahami perekonomian keluarganya yang hanya mengandalkan kebun karet milik ayahnya sebagai mata pencarian utama dan satu-satunya.
Dengan semangat dan tekad untuk memperbaiki taraf hidup keluarga, Nova pun memberanikan diri untuk merantau di Kota Medan. Tetapi, menjalani kehidupan di kota besar tidaklah mudah, di mana ia harus mampu mengatur waktu untuk bekerja dan kuliah.
Sejak diterima di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Medan, Nova bertekad akan belajar sungguh-sungguh dan tidak meminta biaya kuliah ataupun biaya hidup ke orang tuanya selama di rantau.
“Saya sudah mulai bekerja part time dari beberapa gerai makanan yang ada di mall. Alhamdulillah, selain untuk biaya hidup dan kuliah tercukupi, beberapa kali juga bisa kirim uang ke orang tua,” kata Nova kepada wartawan, Senin (20/11/2023).
Banyak suka duka dalam dunia kerja yang dirasakan, contohnya soal senioritas. Jika tidak sanggup lagi dengan tekanan, dia berpindah ke pekerjaan lainnya.
“Selama satu setengah tahun bekerja, selain mencukupi kebutuhan ekonomi, juga menambah pengalaman saya,” kata Nova.
Namun, di tengah perjalannya itu, pada Februari 2023 yang lalu, sang ayah terkena serangan stroke. Sebagian anggota tubuh ayahnya, yaitu tangan dan kaki sebelah kiri tidak bisa digerakkan.
Dalam ujian ini, Nova dan ibunya ditempa lagi menjadi wanita yang kuat, pendamping dan penyemangat sang ayah.
“Bapak saya jatuh di toilet dan langsung dibawa ke rumah sakit di kota. Saat itu saya sedang bekerja, jadi ibu dibantu tetangga membawa bapak. Syukurnya, langsung mendapat pelayanan cepat dan semua ditanggung BPJS Kesehatan,” kata Nova.
Sambil mengurus kebun karet, sang ibu juga mengurus pekerjaan rumah sekaligus suami. Nova dan ibunya pun menjadi tim yang bekerja menyelesaikan tugas rumah bersama-sama.
“Selepas magang ini nanti saya akan kembali bekerja. Alhamdulillah untuk kontrol kesehatan bapak saya, ada perawat yang rutin dua kali dalam sebulan datang ke rumah,” kata Nova.
Nova mengaku bersyukur karena terdaftar dalam BPJS Kesehatan tanggungan pemerintah pusat. Segmen peserta JKN kelas tiga yang dikelompokkan dalam penerima bantuan iuran jaminan kesehatan (PBI JK).
Dijelaskan, awalnya mereka didaftarkan oleh kepala desa setempat dan hingga kini masih menerima manfaat tersebut.
“Alhamdulillah, kepesertaan BPJS Kesehatan kami gratis sejak awal terdaftar. Ini sangat meringankan beban kami, apalagi ketika sakit. Tidak khawatir lagi memikirkan cari uangnya ke mana untuk berobat,” kata Nova.
Nova berharap, Program JKN ini akan terus berkelanjutan. Khususnya bagi segmen peserta JKN yang ditanggung iurannya oleh bantuan pemerintah.
Ia berharap, orang-orang dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah bisa termasuk data yang masuk kelompok penerima bantuan.
Dengan pengalamannya ini, ia juga mendoakan peserta JKN yang telah membayar rutin untuk selalu sehat dan berkah atas iuran yang dibayarkan setiap bulannya.
Karena keberkahan disalurkan melalui gotong royong dari peserta JKN yang sehat kepada yang membutuhkan atau sedang sakit dan berobat.