Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ada banyak masakan khas Batak Toba. Salah satu yang paling populer adalah Dekke Naniura. Dekke Naniura adalah ikan yang dimasak dengan asam. Ya, dekke naniura tidak dimasak secara konvensional. Melainkan diendapkan dengan asam dari perahan jeruk nipis.
Pada masa lalu, dekke naniura boleh dibilang dikonsumsi sehari-hari masyarakat Batak Toba. Tetapi dewasa ini dihidangkan hanya pada saat tertentu. Selain rasanya yang unik, dekke naniura baik untuk dikonsumsi. Rempah-rempah yang digunakan beraneka ragam. Begitupula dengan ikan yang digunakan harus ikan hidup, sehingga lebih segar dan menyehatkan.
Hal itu disampaikan Pretty Manurung, pemilik Rumah Makan Nauli kepada medanbisnisdaily.com Minggu (1/10/2017).
Rumah Makan Nauli yang terletak di KM 12 Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang ini, sejak berdiri 5 tahun lalu, menyajikan dekke naniura sebagai menu andalannya.
Dijelaskannya, ikan yang ideal untuk naniura adalah mas yang beratnya 3-5 ons per ekor. Tidak terlalu muda, tapi juga tidak tua.
Menurut Pretty, daging ikan seukuran itu tidak terlalu lunak dan juga tak alot. Tetapi ada juga yang memakai ikan nila atau gurami.
Dekke naniura, atau yang lebih populer disebut naniura mungkin mirip-mirip dengan sushi di Jepang. Salah satu yang membedakannya adalah rempah-rempah yang digunakan.
Secara umum, tak ada yang istimewa dari bumbu yang digunakan. Hanya campuran kunyit, bawang merah, ketumbar, lengkuas kemiri, cabai rawit tidak dihaluskan mentah. Tetapi terlebih dulu ada yang dibakar maupun digongseng.
Proses pengerjaannya juga mudah. Ikan dibelah kemudian disiram dengan perasan jeruk nipis yang banyak. Juga dicampur dengan batang serai yang dimemarkan dan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan. Selanjutnya ikan itu didiamkan sampai daging ikan itu melunak.
Naniura memang agak aneh di lidah. Apalagi bagi mereka yang baru pertama kali mencicipi. Rasa daging ikan yang diasami itu tentu berbeda dengan yang dimasak secara konvensional. Ada sensasi tersendiri. Meski terasa lembut, namun seratnya tetap terasa seolah mentah. Tetapi justru di situlah letak keunikannya. Ditambah lagi dengan bumbunya yang memadukan asam-pedas membuat lidah bergoyang.
Biasanya naniura dipadukan dengan lalapan berupa selada, timun maupun tomat. Hal ini guna meminimalisir rasa asam pada ikan. Selain itu, tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran sambal cabai rawit yang dihaluskan bersama andaliman. Rasa asam berpadu dengan pedas dan panasnya yang dihasilkan andaliman.
Supaya menghasilkan naniura yang sedap, ada beberapa hal yang harus dihindari. Pertama pemilihan ikan jangan terlalu tua atau muda. Bila terlalu tua, daging ikan akan terasa alot karena serat-seratnya masih utuh. Sebaliknya bila terlalu muda, boleh jadi dagingnya akan hancur akibat larutan asam. Biasanya menentukan tua-tidaknya ikan, dilihat dari beratnya. Untuk naniura disarankan berat ikan 3-5 ons per ekor.
Selain itu, jeruk nipis yang dipakai juga tidak terlalu tua. Perasan jeruk nipis yang terlalu tua cenderung asam dan sedikit pahit.
Orang-orang Batak Toba biasanya menggunakan jeruk nipis kampung. Sepintas mirip seperti jeruk nipis biasa yang kita temukan sehari-hari. Tetapi bila dicicipi, kadar keasaman perasan jeruk nipis kampung ini lebih terasa. Ukurannya cenderung lebih kecil dan warnanya lebih cerah dibanding jeruk nipis biasa.
Biji jeruk nipis kampung juga sedikit lebih kecil. Dan yang paling penting aroma yang dihasilkan lebih segar. Sedangkan lamanya perendaman ikan, dapat ditentukan langsung. Umumnya memerlukan waktu kurang lebih 20 menit. Bila daging telah melunak berarti naniura siap untuk disantap.