Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta - Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia,
Dr Dino P Djalal, mengatakan, Indonesia mengambil peran terdepan dalam
masalah Rohingya.
"ASEAN tentu memperhatikan masalah Rohingya ini, dan dalam hal ini
Indonesia mengambil peran terdepan untuk menangani hal ini. Mengapa?
Karena Indonesia mempunyai hubungan yang dapat dikatakan khusus dengan
Myanmar dan juga perhatian dalam negeri yang cukup besar terhadap
masalah Rohingya," katanya, di Jakarta, Rabu.
Hari-hari ini, katanya, masalah yang menjadi sorotan dunia lebih
kepada tantangan kemanusiaan bukan invasi militer. "Di Eropa sendiri
ini menjadi nomor satu yaitu isu mengenai imigran yang datang dari
Timur Tengah. Nach di Asia Tenggara tantangannya adalah Rohingya,"
ujarnya.
Mantan wakil menteri luar negeri itu mengatakan, Indonesia juga
tampaknya cukup dipercaya dalam komunikasi dengan pemerintah Myanmar.
"Jadi tanggapan dari ASEAN ada dan mekanismenya itu Indonesia
mengambil garis terdepan masalah Rohingya. Tapi memang untuk masalah
ASEAN ke depan ini masalah nontradisional seperti ini akan menjadi
perhatian bagi ASEAN yang lebih besar.
"Masalah ini sebenarnya adalah masalah yang sudah cukup lama, dan
tidak akan ada solusi dalam waktu dekat karena masalah ini sensitif
mengenai kewarganegaraan orang Rohingya yang masih tanpa
kewarganegaraan sekitar 1 juta orang lebih," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, menyampaikan,
pemerintah Indonesia berupaya mengatasi masalah kemanusiaan di Negara
Bagian Rakhine secara menyeluruh dan komprehensif, mulai dari hulu di
Myanmar sampai ke hilir di Bangladesh, negara yang dituju para
pengungsi Rohingya.
"Dalam melihat suatu masalah tak bisa hanya dari satu sisi saja,
tetapi harus melihat hingga ke akar masalah, hulu, dan juga dampak
dari masalah itu di hilir seperti pengungsi yang berlari ke
Bangladesh," ujar dia.
PBB mengatakan, 536.000 pengungsi yang sebagian besar adalah warga
Rohingya tiba di Bangladesh dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, sejak
25 Agustus.
Dari para pengungsi yang selamat sampai ke Bangladesh, sebanyak
320.000 di antaranya adalah anak-anak, yang sepertiganya berusia di
bawah lima tahun.ant