Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan meminta pihak kepolisian mengembangkan penyelidikan kasus pencabulan anak perempuan di bawah umur di Angkola Timur, Tapanuli Selatan (Tapsel) yang dilakukan seorang pemuda.
"Ini untuk memastikan berapa banyak korban lain. Tindakan pelecahan sangat biadab, sangat layak dihukum seberat-beratnya. Pelaku ini harus dikebiri," ujarnya kepada wartawan, Kamis (26/10/2017) usai mengunjungi anak-anak korban pelecehan di Kelurahan Pargarutan Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan.
Diketahui, sembilan anak perempuan di bawah umur di Angkola Timur, Tapsel menjadi korban pencabulan seorang pemuda. Jumlah korban ini bertambah dari sebelumnya enam orang dan masih memungkinkan untuk terus bertambah. Tersangka perbuatan bejat itu, yakni Riki Krismanto (21 tahun), warga Pargarutan Batu, Angkola Timur dan aksi mulai terungkap pada September 2017. Riki pun mengakui perbuatannya dan telah ditahan di Polres Tapsel.
Dikatakan politisi PDIP ini, anak-anak korban pelecehan tersebut belum ditangani secara psikologis dan masih tinggal di rumah orang tua masing-masing. "Memang sebelum saya datang sudah datang dinas perempuan dan perlindungan anak Pemkab Tapsel," katanya.
Untuk itu, lanjut Sutrisno, Polres Tapsel dan Pemkab Tapsel harus segera membuat sistem perlindungan anak secara holistik. Hal ini mencegah predator anak yang mengincar mangsa di jarak yang sangat dekat.
"Ini perbuatan biadab. Malah diantara korban itu, ada 1anak belum sekolah berulang ulang disetubuhi," katanya kesal.
Dirayu
Menurut Sekretaris Komisi C ini, saat ia menanyakan kepada anak-anak korban pelecehan seksual itu mereka mengaku dirayu pelaku dengan memberi uang Rp 5.000 dan kalau anak menolak diancam akan dibunuh pakai senapan angin.
"Anak-anak itu masih sekolah kelas 2, 3, 4 SD. Kejadian ini sudah yang kedua kali, sewaktu pertama, ada perdamaian pelaku dengan keluarga korban. Tetapi kemudian berulang dengan korban yang lebih banyak lagi," jelasnya.
Kejadian biadab itu, lanjut Sutrisno, biasa dilakukan setiap kali anak-anak sepulang ngaji sekitar pukul 17.00 WIB. Saat melewati rumah pelaku, adik pelaku (masih anak-anak) mengajak mereka main ke rumahnya.
"Pihak orang tua meyakini adik pelaku dijadikan sebagai penarik mangsa.Adik pelaku juga dijadikan korban oleh pelaku. Jadi ini sering terjadi, pelaku melangsungkan aksinya disaksikan adik pelaku sambil cekikikan," tuturnya.