Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Banjarnegara. Wayang kulit yang dikenal saat ini berbahan kulit sapi atau kulit kerbau. Namun wayang karya siswa SMK Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) 2, Banjarnegara menggunakan kertas dan barang bekas.
Hasilnya juga menarik seperti wayang kulit pada umumnya. Wayang-wayang tersebut layak dikoleksi ataupun menjadi suvenir serta bernilai jual.
Siswa SMK HKTI 2 Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara ini memanfaatkan barang-barang bekas. Mereka adalah pelajar yang tergabung dalam ektrakurikuler tatah sungging.
Di bengkel seni di Desa Kalimandi Kecamatan Purwareja Klampok, sejumlah pelajar SMK HKTI 2 tengah sibuk menatah dan mewarnai wayang buatannya. Salah satunya adalah Nita Wardani, siswa yang saat ini duduk di bangku kelas 3. Wayang buatannya dibuat dari kertas karton dan dilapisi bekas kertas semen.
"Sebagai bahan dasar adalah kertas karton yang sudah tidak dipakai. Kemudian diberi perekat dan dilapisi kertas bekas bungkus semen. Ini dimaksudkan agar wayang tidak mudah mengelupas saat ditatah atau dicat," kata Nita, Selasa (7/11/2017).
Dalam membuat wayang, satu tokoh wayang membutuhkan waktu antara setengah hingga satu bulan. Hal tersebut tergantung dari tingkat kerumitan tokoh wayang. Dimulai dari membuat pola pada kertas karton, hingga mewarnai sesuai karakter wayang.
"Dengan ditetapkannya 7 November sebagai hari wayang sedunia, kami berharap keberadaan wayang lebih dicintai terutama generasi muda. Karena saya melihat sekarang banyak anak muda yang terkesan meninggalkan salah satu warisan budaya Indonesia ini," tuturnya.
Guru pendamping ektrakurikuler tatah sungging SMK HKTI 2 Purwareja Klampok, Eko Waluyono menambahkan, selain untuk mengajarkan kreatifitas anak, ekstrakurikuler ini sekaligus untuk mengenalkan tokoh pewayangan. Sebab dalam membuat wayang, siswa dipaksa melihat detail karakter setiap tokoh pewayangan.
"Wayang dari barang bekas ini juga sudah ada peminatnya. Meski penjualannya masih dari mulut ke mulut, namun satu wayang dijual dengan harga Rp 70 ribu sampai Rp 150 ribu. Hal tersebut tergantung dari tingkat kesulitannya," terangnya.
Dijelaskan, di SMK tersebut, ada dua program studi yakni teknik komputer jaringan dan teknik kendaraan ringan. Namun, di luar studi tersebut siswa juga diajari berbagai skill melalui ektrakurikuler. Salah satunya adalah tatah sungging.
"Tatah sungging ini kerajinan membuat wayang terutama dari kertas. Tatah yang merupakan membentuk pola dan sungging yang berarti mewarnai," paparnya. (dtc)