Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumatera Utara (Sumut), dr Delyuzar menilai, Provinsi Sumut perlu memperketat pemantauannya terhadap penyakit difteri (corynebacterium diphtheriae). Hal ini menurutnya harus dilakukan agar wabah penyakit yang mampu merenggut nyawa tersebut dapat diantisipasi sedini mungkin.
"Yang paling perlu dilakukan di Sumut ini tentu memperketat pemantauannya. Selain itu bila ditemukan kasusnya oleh dokter, harus segera dilaporkan," ungkapnya kepada Medanbisnisdaily.com, Kamis (7/12/2017).
Sebab, sebagaimana yang diketahui, belakangan ini, difteri telah menjadi penyakit yang ramai diberbincangkan masyarakat. Tercatat, hingga November 2017, telah terdapat 20 provinsi yang melaporkan adanya penyakit tersebut, dengan rincian 593 kasus serta 32 kematian.
Selain itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga berencana akan melakukan imunisasi ulang atau ORI (Outbreak Response Immunization) terhadap 3 provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Ketiganya dipilih karena prevalensinya tinggi dan juga penduduknya yang padat.
Namun untuk Sumut, jelas Delyuzar untuk vaksinasi, hal itu tidak terlalu urgent untuk dilakukan. Karena sebenarnya kata dia, di Posyandu vaksinasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus) sebetulnya telah diberikan guna menciptakan imunitas pada tubuh warga.
"Sudah ada dari posyandu. Kalau seandainya itu berjalan, berarti vaksinasinya sudah baik, sehingga tidak perlu ada wabah di Sumut," jelasnya.
Difteri, terang Delyuzar, sangat penting diwaspadai, sebab dapat menciptakan infeksi pada saluran nafas. Akibatnya, dapat terbentuk selaput yang bisa menutup saluran nafas, sehingga akan mudah berdarah.
Selanjutnya, tutur dia, pasien akan menjadi demam biasanya terjadi pada anak-anak. Selain itu, akibat tersumbatnya saluran nafas tadi, pihak medis terpaksa harus menciptakan lubang di leher pasien sebagai jalan bagi saluran nafasnya.
"Itu tentu suatu hal yang berbahaya. Bukan hanya demamnya saja, tapi juga akibat pada saluran nafas itu yang bisa membuat meninggal," pungkasnya.
Kassubag Humas Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Masahadat Ginting mengaku, sepanjang 2017 di rumah sakit ini hanya terdapat 2 orang pasien berusia 15 tahun yang mengidap difteri. Ia mengatakan, satu orang merupakan warga Deliserdang dan satu lagi merupakan warga Langsa.
"Terakhir kita merawat penyakit difteri pada januari 2017. Sampai sekarang, belum ada lagi kasusnya di temukan di RSUP Haji Adam Malik," ucapnya.
Saat ini, sambung Masahadat, keduanya juga telah sembuh. Sehingga kini, mereka dapat kembali melanjutkan sekolahnya yang sempat tertunda akibat menjalani perawatan.
"Setelah sembuh pasien langsung diperbolehkan pulang. Mereka tidak sampai harus melakukan rawat jalan," tandasnya.