Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Peran guru Bahasa Indonesia, sangat penting dalam mengembangkan dunia sastra lokal. Selain mengenalkan karya sastra lokal, mereka juga diharapkan menjadi perpanjangan tangan untuk mengenalkan sastrawan lokal kepada murid-muridnya. Pasalnya meskipun perkembangan sastra di Sumatera Utara, khususnya Medan, cenderung berkembang, namun anak-anak sekolah di Medan, nyaris tidak mengenal sastrawan-sastrawan yang ada di Medan.
Hal itu dikemukakan novelis asal Medan, Embar T Nugroho kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (12/1/2018). Embar telah menerbitkan puluhan novel. Baru-baru ini ia menerbitkan dua novel bergenre pop yang khusus membidik pembaca muda, yakni “Di Mana Kau Sembunyikan Jodohku” dan “Di Ujung Penantian”.
Embar mengakui anak-anak sekolah belum menaruh minat dengan novel yang ditulis sastrawan lokal. Berbanding terbalik dengan perkembangan sastra di Medan yang dinilainya cukup berkembang. Salah satu bukti berkembangnya sastra di Medan adalah dengan adanya penulis-penulis muda yang terus bermunculan.
“Sastra di Medan terus berkembang, namun kurang dikenal di sekolah-sekolah. Kalau kita telaah, mereka tidak begitu berminat membeli buku sastra, jangankan buku sastra, membeli novel saja mereka nggak mau,” tuturnya.
Embar menambahkan, pembaca novel yang ada di Medan masih terbilang sedikit. Itupun masih sekedar gengsi-gengsian. Mereka kebanyakan warga Tionghoa. Menurutku warga Tionghoa memang suka Namun yang paling membuat miris mengapa anak sekolah tidak mau beli novel mungkin faktor ekonomi. Di mana harga novel saat ini melambung tinggi.
Menurutnya, satu-satunya yang paling mungkin dilakukan adalah mengajak para guru Bahasa Indonesia untuk menekankan muridnya untuk banyak membaca, terutama karya sastra lokal. Peran guru sangat penting dalam hal ini.
“Bagaimana pun guru sangat berperan untuk itu. Tapi persoalannya apakah guru Bahasa Indonesia yang ada di sekolah-sekolah Medan itu juga mengenal siapa sastrawan lokal dan karya-karya yang mereka hasilkan?” ragunya.
Persoalan kurang dikenalnya sastrawan Medan oleh masyarakatnya sendiri sudah sejak lama menjadi pembahasan para sastrawan. Berbagai cara telah dilakukan. Mulai dari menggelar program sastrawan masuk sekolah, workshop sastra dan menggelar festival-festival sastra yang menghadirkan sastrawan lokal serta mengangkat karya sastra Medan. Upaya itu masih terus dilakukan hingga kini dengan harapan karya sastra lokal menemukan pembacanya sendiri.