Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Tahun ini, konsumsi listrik untuk menambang Bitcoin diprediksi akan meningkat hingga lebih dari tiga kali lipat.
Berdasarkan laporan dari Morgan Stanley, penyedia layanan dan analisis perbankan, penambangan Bitcoin dapat menghabiskan 125 terawatt per jam pada 2018, atau setara dengan konsumsi listrik sepanjang tahun di Argentina.
Angka tersebut pun diperkirakan masih tidak akan tercapai oleh kebutuhan mobil listrik dunia hingga 2025.
Tahun lalu, Bitcoin menghabiskan energi sebanyak 36 terawatt perjam, atau setara dengan kebutuhan listrik di Qatar.
Perbandingan lain, seluruh mobil milik Tesla yang berada di jalanan, sekitar 280 ribu pada akhir 2017, tidak sampai menghabiskan 1,3 terawatt per jam.
Berarti, konsumsi energi Bitcoin sekitar 28 kali lebih besar dibandingkan dengan seluruh mobil Tesla sepanjang tahun lalu, seperti dilansir dari Fortune, Jumat (12/1).
Alasan di balik tingginya konsumsi energi terhadap kegiatan penambangan Bitcoin adalah dibutuhkannya komputer bertenaga tinggi untuk menyelesaikan persoalan matematika kompleks melalui proses cryptographic.
Morgan Stanley memperkirakan bahwa dibutuhkan sekitar USD 3.000 (Rp 40 Juta) hingga USD 7.000 (Rp 93,5 juta) untuk menghasilkan satu Bitcoin, berdasarkan energi dan hardware yang digunakan. (dtn)