Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Bank sentral negara lain diproyeksi akan menaikkan suku bunga acuan karena kondisi ekonomi dunia yang terus membaik.
Menanggapi hal tersebut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menjelaskan meskipun ada proyeksi kenaikan suku bunga namun BI tidak khawatir adanya risiko keluarnya modal asing dari Indonesia.
"Ya yang penting adalah kita bisa menjaga makro ekonomi dengan baik dan bukan berarti kalau bunga di luar naik, terus BI naikin suku bunga juga," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Senin (2/4).
Dia menjelaskan contohnya saat Amerika Serikat (AS) menaikan bunga, Inggris dan Australia menaikkan bunga namun Indonesia tidak ikut-ikutan menaikkan bunga acuan juga.
"Kalau dilihat suku bunga untuk jangka panjang memang sudah naik. Seperti yield surat berharga negara (SBN) agak naik 60 basis poin menjadi 6,8%," ujar dia.
AS menaikkan bunga sebanyak 6 kali, Canada dan Australia diprediksi akan meningkatkan bunga.
"Teman-teman di sektor riil nanya lagi, kok kondisi lagi enak gini bunganya dinaikan? Bunga ini sebenarnya untuk mencegah bubble, agar ekonominya tumbuh sehat dan tidak crash," ujar dia.
Mirza menjelaskan saat ini BI sudah mengambil keputusan untuk makro ekonomi dalam menghadapi situasi global yang tidak bisa lepas dari perekonomian Indonesia. BI sudah menurunkan bunga hampir 200 basis poin dalam dua tahun terakhir. Menurut Mirza ini dilakukan karena kondisi ekonomi sudah mendukung seperti inflasi terjaga yang sesuai dengan produk domestik bruto.
"Suku bunga kan udah turun 8 kali, sudah cukup (tidak ada lagi ruang penurunan) sekarang tinggal bank harus optimis salurkan kredit dengan memanfaatkan kebijakan loan to value (LTV) dan teman-teman di sektor riil juga harus optimis untuk mewujudkan pertumbuhan," ujarnya.A
Mantan pejabat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini menjelaskan sebagai regulator BI juga terus m enjaga tingkat inflasi. Menurut dia, inflasi tergantung dari demand dan supply, tidak bisa dibiarkan terlalu rendah atau terlalu tinggi. (dtf)