Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Gubernur Bank Indonesia (BI) yang baru Perry Warjiyo berjanji melanjutkan rencana redenominasi atau penyederhanaan nilai mata uang rupiah. Memang seberapa pentingnya rencana yang sudah berkali-kali digulirkan tersebut?
Menurut Pengamat Pasar Uang Farial Anwar, pemangkasan angka nol di rupiah memang sudah sangat penting dilakukan. Bahkan dia memandang besarnya nominal rupiah sudah memalukan.
"Itu memalukan sebenarnya. Saya sudah berkali-kali diskusi dengan BI. Alasannya kita lakukan redenominasi karena mata uang kita nilainya itu memprihatinkan. Kita sebagai bangsa kan malu masa US$ 1 nilainya sampai Rp 13.700," tuturnya, Kamis (5/4).
Bukan hanya itu, kata Farial, Indonesia juga sudah sejak 2010 masih sebagai kategori garbage money atau uang sampah. Rupiah saat itu masuk dalam 10 mata uang terendah terhadap dolar AS.
"Ini sangat memalukan," tegasnya.
Menurutnya dengan memangkas tiga angka nol membuat volatilitas Rupiah terhadap mata uang lainnya tidak terkesan besar. Hal itu juga dianggap menjadi alasan banyaknya money changer di negara lain yang enggan menerima Rupiah.
"Di negara lain tidak banyak money changer yang mau terima Rupiah padalah ada penukaran uang Malaysia, Singapura, Australia. Hanya tempat-tempat tertentu yang mau terima Rupiah. Karena mereka bingung nilai naik turun rupiah terkesan besar, ribuan dalam waktu singkat," tambahnya. (dtf)