Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Surabaya - Pernikahan pasangan bomber di tiga gereja di Surabaya, Puji Kuswati dan Dita Oepriarto tak pernah direstui keluarga. Bahkan keluarga saat itu terang-terangan mengatakan bahwa ada perbedaan keyakinan di balik penolakan itu.
Hal ini dikemukakan Rusiono, perwakilan keluarga Puji Kuswati di Banyuwangi.
"Terlihat agak aneh, terutama pemahaman soal keagamaan. Jadi, keluarga Banyuwangi menolak, tapi tetap nekad menikah," kata Rusiono, perwakilan keluarga Puji.
Bahkan setelah kabar keluarga Puji dan Dita melakukan aksi bunuh diri sampai ke telinga keluarga di Banyuwangi, keluarga memutuskan menolak jenazah Puji masih dengan alasan yang sama.
"Keluarga sebelumnya tak menerima perbedaan prinsip dan pandangan mengenai aliran yang dianut," ungkapnya.
Firasat keluarga seolah terjawab dengan perubahan sikap Puji setelah menikahi Dita. Puji jadi cenderung tertutup, bahkan kepada keluarganya sendiri.
Puji pun sudah jarang pulang ke Banyuwangi maupun Magetan. "Kalau pulang ke Banyuwangi, tidak pernah lama. Dan jarang mau bergaul dengan keluarga, cenderung tertutup," jelas Rusiono lagi.
Perwakilan keluarga Puji di Magetan juga mengamini hal ini. Puji yang dibesarkan pamannya di Magetan ini tak direstui menikah dengan pria asal Surabaya tersebut.
"Setahu saya pernikahan dengan Dita ditentang dengan keluarga Banyuwangi karena beda keyakinan agama," tutur Mujiono, yang juga Kepala Desa Krajan, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan di mana paman Puji tinggal, Kamis (17/5).
Ketakutan ini pun terbukti setelah tulisan seorang netizen bernama Ahmad Faiz Zainuddin di Facebook menjadi viral. Pria ini mengaku telah mengenal Dita sejak masih duduk di bangku SMA di Surabaya.
Di mata Ahmad, Dita merupakan keluarga yang tampak baik-baik dan normal, seperti keluarga muslim pada umumnya. Namun di balik itu semua, di benak Dita, kata Ahmad, ternyata telah tertanam paham ekstrim radikal.
"Dan akhirnya, kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar-benar terjadi saat ini," ucap Ahmad seperti dikutip dari akun Facebook miliknya beberapa waktu lalu.
Terlepas dari itu Mujiono yang mengaku mengenal Puji dengan baik ini pun tak pernah menyangka jika lulusan sekolah keperawatan itu bisa melakukan aksi teror. Tak terkecuali warga Desa Krajan di mana Puji menghabiskan masa kecilnya.
"Saya pribadi dan warga di Krajan Parang tidak mengira Puji Kuswati sampai berani melakukan itu. Kemungkinan pengaruh dari suaminya," pungkasnya.(dtc)