Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta
Pilkada Serentak 2018 diyakini berpengaruh banyak pada Pilpres 2019. Seperti apa pemetaannya?
Pilkada serentak kali ini diyakini menjadi salah satu faktor penentu kemenangan Pilpres 2019. Pilkada Serentak 2018 dianggap sebagai pemanasan perang pemilihan presiden tahun depan.
"Oh iya, Pilkada Serentak 2018 memang punya makna strategis konstelasi politik jelang Pilpres 2019," ujar Pengamat Politik Gun Gun Heryanto dalam perbincangan, Selasa (26/6).
Ada sejumlah alasan mengapa Pilkada Serentak 2018 memiliki 'rasa' seperti Pilpres 2019. Pertama adalah karena Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2018 jumlahnya lebih dari 50% Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilu 2019. DPT Pilkada 2018 sebesar 152.067.680, sementara DPS Pemilu 2019 sekitar 186 juta orang.
Meski koalisi di Pilkada tidak sama dengan koalisi nasional, bukan berarti partai-partai tak menjadikannya modal untuk pemenangan Pilpres. Dari Pilkada Serentak 2018 ini, para parpol akan bisa memastikan infrastruktur pemenangan partai mereka. Terutama untuk daerah-daerah kunci, seperti di Jawa, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
Pertarungan di Jawa dalam Pilkada Serentak 2018 adalah di Pilgub Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Pilgub Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan juga termasuk yang menjadi penentu. Dari 171 pilkada, lima provinsi itu merupakan daerah dengan pemilih terbesar.
Pertama adalah Jabar dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 31.730.042, disusul Jatim 30.155.719, Jateng 27.068.500, Sumut 9.050.622, dan Sulsel 6.022.298.
"Battle ground seperti pertarungan di Jawa, Sumut, Sulsel. Ini bisa jadi bacaan peta politik di pilpres," ucap Gun Gun.
Untuk diketahui, Pilgub Jabar diikuti oleh empat pasang calon. Mereka adalah Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang diusung PKS, Gerindra, dan PAN, kemudian TB Hasanuddin-Anton Charliyan yang hanya diusung PDIP, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi diusung Golkar dan Demokrat, serta terakhir adalah Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dengan koalisi PPP, PKB, Hanura, dan NasDem.
Pilgub Jatim memiliki dua pasangan calon. Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak diusung oleh Golkar, Demokrat, PPP, Hanura, NasDem, dan PAN. Lalu Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno diusung PDIP, PKB, PKS, dan Gerindra.
Sama dengan Jatim, Pilgub Jateng juga hanya diikuti oleh dua pasangan calon. Ganjar Pranowo-Taj Yasin saat mendaftar ke KPU diusung oleh PDIP, NasDem,PPP, dan Demokrat, namun belakangan Golkar ikut menyatakan mendukung pasangan ini. Keduanya akan bersaing dengan Sudirman Said-Ida Fauziyah diusung Gerindra, PAN, PKS, dan PKB.
Di Pilgub Sumut, KPU awalnya menetapkan tiga pasangan calon. Mereka adalah Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah yang didukung Partai Golkar, Gerindra, Hanura, PKS, PAN, dan NasDem, kemudian JR Saragih-Ance Selian yang diusung Partai Demokrat, PKB, dan PKPI, lalu Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus yang didukung PDIP dan PPP. Namun akhirnya JR Saragih tidak bisa ikut pilkada karena masalah legalitas persyaratan dokumen.
Selanjutnya adalah Pilgub Sulsel, ada 3 pasangan calon yang diusung koalisi partai dan satu pasangan yang maju lewat jalur independen. Nurdin Halid dan Aziz Qahhar Mudzakkar diusung koalisi Partai Golkar, NasDem, Hanura, PKB, dan PKPI. Nurdin Abdullah dan Andi Sudirman Sulaiman diusung PDIP, PKS, dan PAN. Selanjutnya, pasangan Agus Arifin Nu'mang dan Tanribali Lamo diusung tiga parpol, yakni Gerindra, PBB, dan PAN. Terakhir adalah Ichsan Yasin Limpo dan Andi Mudzakkar yang maju lewat jalur independen.
Meski dalam pilkada koalisi partai berbeda dengan peta nasional, parpol-parpol bisa melihat bagaimana kondisi konstituen. Parpol juga bisa melihat peluang kemenangan pilpres dari hasil pilkada.
"Terutama di daerah yang jelas polarisasinya. Ini bisa jadi polarisasi dukungan pilpres," terang Gun Gun.
Lewat Pilkada kali ini, parpol yang masih 'galau' juga bisa menentukan arah dukungan kepada kandidat pasangan calon. Pilkada Serentak 2018 juga bisa dijadikan sarana pergerakan partai untuk konsolidasi terkait Pilpres 2019. Ini terutama bagi partai-partai yang belum memutuskan arah dukungan, seperti Partai Demokrat, PAN, dan PKB.
"Partai-partai ini menunggu Pilkada Serentak untuk memastikan apakah 2 atau 3 poros, yang paling mungkin," kata Gun Gun.
Sejumlah partai juga setuju Pilkada Serentak 2018 kali ini memiliki rasa seperti Pilpres 2019. Tak heran beberapa partai menunggu hasil dari Pilkada sebelum mengumumkan arah koalisi mereka.
"Hasil pilkada akan mempengaruhi peta pilpres untuk semua partai termasuk PKB," ungkap Wasekjen PKB Daniel Johan, Selasa (26/6).(dtc)