Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Bandung - Pasangan Sudrajat-Syaikhu menempati posisi kedua dalam hasil quick count Pilgub Jabar yang dikeluarkan sejumlah lembaga survei. Hasil ini berbeda dengan hasil survei sebelum pencoblosan, di mana Sudrajat-Syaikhu selalu di posisi ketiga di bawah Ridwan Kamil-Uu dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Hasil yang berbeda ini disoroti Sudrajat.
"Pada dasarnya, memang dalam pemilu, semua menggunakan perusahaan-perusahaan surveyor," ucap Sudrajat saat ditemui detikcom di kediamannya di Jalan Hegarsari III, Kota Bandung, Kamis (28/6/2018).
Menurutnya sebelum pencoblosan, beberapa lembaga survei kerap menempatkan posisinya di urutan ketiga, jauh di bawah kenyataan.
"Lembaga survei itu memberikan survei terhadap paslon Asyik jauh di bawah kenyataan. Di bawah 20 persen. Tapi dia juga yang membuat quick count yang nyatanya di atas 28 persen," kata Sudrajat.
Perbedaan inilah yang menurut purnawirawan TNI tersebut menimbulkan persepsi di tengah-tengah masyarakat. Menurutnya, masyarakat seakan dibuat tidak percaya dengan hasil tersebut.
"Sekarang timbul percaya atau tidak bahwa lembaga survei ini benar atau tidak atau akuntabel atau tidak," tuturnya.
Sudrajat bisa memaklumi hal tersebut. Sebab setiap lembaga survei menggunakan sampel yang berbeda-beda. "Saya bisa memaklumi sampel berbeda-beda, koresponden berbeda-beda yang persentase kota lebih besar dari pedesaan begitupun sebaliknya," katanya.
Sudrajat juga menyoroti soal pengambilan sampel lembaga survei. Menurutnya dengan koresponden yang rata-rata 400 sampel, tak merepresentasikan hasil akhir.
"Tapi yang saya lihat untuk daerah Jawa Barat ada 48 juta (pemilih) mengambil sampel 400 atau dari TPS 75 ribu ambil sampel 400, itu agak sulit memang dipercaya 100 persen walau ada margin eror sekitar 1-4 persen," katanya.
Sudrajat mengatakan hal ini perlu menjadi pembelajaran dalam proses demokrasi ke depannya. Sehingga, ujar dia, nantinya proses demokrasi bisa lebih baik lagi.
"Tapi sudahlah, itu sistem yang ada dalam masyarakat dan bangsa saat ini. Nanti sistem demokrasi Indonesia akan berkembang, dari tahun ke tahun. Insya Allah semua akan matang, masyarakat Indonesia, peserta dan infrastruktur demokrasi berkembang. Tapi, ini adalah perjalanan sistem demokrasi, saya kira itulah yang harus diterima. Apapun ketidaktepatan yang harus dikoreksi yang akan datang. Inilah yang saya maknai saat ini," ujarnya panjang lebar.dtc