Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Harga telur ayam ras di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan, masih bertahan mahal. Mahalnya harga komditas itu mengakibatkan omzet pedagang turut merosot 30% sampai 40%.
Untuk diketahui, telur ini dipasarkan diharga Rp 1.350 hingga Rp 1.500 per butirnya. Atau mengalami penurunan sebesar Rp 50 di tingkat distributor.
"Harga masih mahal, tapi adalah sedikit penurunan, Rp 50 per butir. Penurunan ini sudah dua hari terakhir ini," ujar pedagang telur di Pasar Tradisional Petisah, Tan Ton Cuan, Senin (23/7/2018).
Penurunan tersebut, ujarnya belum memberikan pengaruh pada harga. Sebab sebelumnya, harga telur yang saat ini Rp 1350, biasanya dipasarkan Rp 1000 hingga Rp 1100 per butirnya.
Kini sambungnya, kenaikan harga telur yang sudah bertahan selama satu bulan terakhir ini, mengakibatkan permintaan dipasaran juga masih sepi. “Yang ada pasar semakin lesu, sekarang ini,”ujarnya yang mengaku sudah masih bingung dengan kenaikan harga telur ini.
Apalagi saat ini, dia belum melihat pemerintah di Kota Medan khususnya melakukan langkah konkrit untuk menyikapi kenaikan harga telur ini.
Hal tidak berbeda diungkapkan Roniuli, pedagang telur di Pusat Pasar Tradisional Medan. Dia juga mengamini, harga telur masih bertahan mahal. “Masih mahal,”ujarnya, dan sampai saat ini pihaknya belum merasakan adanya langkah pemerintah untuk melakukan operasi pasar, sebab sejauh ini baru baru dilakukan di Jawa.
Namun, sambungnya meski begitu saat ini sudah ada penurunan harga. “Sekarang ini yang paling murah itu, murah Rp 1.350 dan paling mahal Rp 1.500,” ujarnya seraya menyebutkan, kenaikan harga telur ini sebagai imbas dari kenaikan harga pakan.
Roniuli yang memasok telur dari Binjai, Serdangbedagai ini, menambahkan terpaksa mengurangi pasokan telur. Ini sebagai imbas melambungnya harga.
Jika biasanya, dia memasok 3.000 butir telur setiap pekannya. Saat ini, hanya sekira 2.000 hingga 2.500 butir. “Sekarang ini, harga mahal, pembeli juga mengurangi belanja. Kalau biasa beli satu papan berisi 30 butir, dikurangi, menjadi 20 butir,” ujarnya, dan akibatnya, harga yang mahal ini menyebabkan omzet yang diperoleh pun semakin menipis.