Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Publik sastra Indonesia kembali bersedih. Salah seorang sastrawan terkemuka yang dimilikinya meninggal dunia. Dialah Hamsad Rangkuti, raja cerpen Indonesia asal Sumatera Utara. Pengarang kumpulan cerpen "Bibir dalam Pispot" ini meninggal di kediamannya di Depok, Jawa Barat, Minggu (26/8/2018) sekitar pukul 06.00 WIB.
Menurut informasi dari rekannya sesama satrawan Suyadi San, Hamsad dikebumikan hari ini juga di Kota Depok. Seperti diketahui sejak beberapa tahun terakhir, Hamsad Rangkuti berjuang melawan sakit. Bahkan sejak pertengahan 2017 lalu, Hamsad sudah tak mampu lagi bergerak dan harus terbaring di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, Jawa Barat.
Penulis novel "Ketika Lampu Berwarna Merah" juga pernah operasi by pass jantung pada 2012. Sastrawan kelahiran Titi Kuning, Medan Johor, Medan 7 Mei 1943 itu juga harus dibantu dengan selang saluran pembuangan air kecil di perutnya.
Kabar meninggalnya Hamsad Rangkuti mendapat respon dari publik sastra di Sumut. Beberapa rekan sejawatnya antara lain, Damiri Mahmud, Safwan Hadi, Sugeng Satya Dharma ikut memberi ucapan duka. Sekaligus para sastrawan ini berharap agar karya-karya Hamsad Rangkuti bisa terdokumentasi dengan baik, khusunya pada pusat dokumentasi milik pemerintah. "Selamat jalan Bung, deritamu sudah berakhir," ucap Sugeng.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, di akhir-akhir hidupnya, pemilik nama asli Hasyim Rangkuti yang pernah menjadi pemimpin redaksi majalah sastra Horison ini tak berhenti dirundung penderitaan.
Dalam kondisi fisik yang sakit, ia harus menghadapi kenyataan rumahnya "disabotase" pemerintah yang menjadikan kawasan di sekitar rumahnya menjadi tempat pembuangan sampah. Tak tahan dengan bau menyengat itu ia pun pindah ke kebun miliknya dan hanya mampu membangun rumah seluas 3,5 X 5 di Bilangan Depok Jawa Barat.
Selama hidupnya Hamsad terus berkarya menulis cerpen. Atas kesetiaannya menulis cerpen, pada 2001 Harian Kompas mengganjarnya dengan memberikan penghargaan kepada. Selain iti, ia juga beberapa kali mendapat penghargaan bergengsi baik dalam skala nasional maupun internasional. Antara lain Khatulistiwa Literary Award (2003) SEA Write Award (2008). Terakhir Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi (2014).