Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Partai Demokrat (PD) mempertanyakan foto co-founder media Hong Kong Asia Sentinel Lin Neumann dengan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko. Eks Panglima TNI itu menjawab tudingan yang dilontarkan Partai Demokrat.
Artikel Asia Sentinel memang membuat Partai Demokrat berang karena menyeret nama sang ketum, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait kasus Bank Century. Wasekjen PD Rachland Nashidik melalui Twitternya memposting foto yang menampilkan Moeldoko dengan Lin Neumann.
Melalui bukti foto itu, Rachland menduga ada campur tangan Istana soal artikel yang ditulis Asia Sentinel soal SBY. Ia juga memberikan caption 'Apakah Istana terlibat dalam fitnah pada SBY?'.
Moeldoko langsung menjawab tudingan yang dilemparkan Rachland kepada dirinya hari ini. Ia menceritakan soal pertemuan dengan dengan Lin Neumann di balik foto tersebut. Ia menjelaskan pertemuan dirinya dengan Lin Neumann dilakukan pada Mei 2018. Lin Neumann datang dalam kapasitas sebagai Director of American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham) alias Kepala Kadin Amerika Serikat pada Mei 2018 lalu.
"Jadi, bulan Mei yang lalu, Kantor Staf Kepresidenan mengacarakan saya untuk bisa diskusi dengan American Chambers, Kadin-nya Amerika. Kebetulan dia juga punya slot waktu untuk diskusi. Jadi American Chambers ingin mendengar dari saya tentang perkembangan situasi politik dan keamanan di Indonesia," kata Moeldoko di Kantor KSP, Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresiden, Jakarta, Selasa (18/9/2018).
Moeldoko mengatakan, dalam kesempatan itu dirinya menjelaskan soal perkembangan demokrasi di Indonesia. Sebagai mantan Panglima TNI, Moeldoko menegaskan dia punya naluri yang kuat untuk menjelaskan hal itu.
"Saya pastikan saya mantan Panglima TNI mempunyai naluri yang sangat kuat untuk melihat situasi ini. Saya pastikan kepada mereka, para pengusaha, investor Amerika untuk tidak takut datang ke Indonesia. Karena saya bisa melihat situasi itu dengan jernih tanpa ada kepentingan apapun," tegasnya.
"Berikutnya ada masukan-masukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan investasi, saya catat dan saya laporkan ke Pak Presiden," imbuh Moeldoko.
Ia mengaku, dalam pertemuan itu bahkan tidak sempat berbincang dengan Lin Neumann. Moeldoko juga membantah adanya komunikasi membahas soal kasus Bank Century dengan Linn.
"Nggak (ngobrol dengan Lin Neumann). Saya tidak sempat. Karena itu acaranya breakfast, karena kita semuanya duduk, terus sambil makan. Tapi saya berdiri. Saya bilang sama mereka, kalau saya duduk, kamu tidak bisa melihat muka saya yang cakep," tuturnya.
Moeldoko menegaskan sekali lagi bahwa dirinya tidak mengenal secara personal dengan Lin Neumann. Ia membantah jika artikel Asia Sentinel yang menyeret nama SBY itu ada kaitannya dengan Istana Kepresidenan.
"Saya nggak ngerti, siapa dia itu Lin Neumann ya. Saya juga nggak ngerti, ketemuannya kan di situ. Saya hanya sebagai undangan, menyampaikan materi. Konteksnya itu, jangan diubah-ubah. "Wah, istana ada di belakang". Istana mana lagi itu? Enggak, enggak ada kaitannya sama Istana, sama KSP. Itu saya hanya diundang. Enggak ada yang lain," ungkap Moeldoko.
Purnawirawan Jenderal Bintang empat itu mengaku tak mengetahui perihal Asian Sentinel. Moeldoko berharap semua pihak mencari tahu detil persoalan sebelum menyebarkan informasi yang tidak valid.
"Bahwasanya situ ada owner-nya Asia Sentinel, saya nggak ngerti itu. Jadi jangan buru-buru baper gitu menduga. Dilihat dulu latar belakangnya seperti apa. Menduga-duga, gimana," ucapnya.
Moeldoko juga meminta Partai Demokrat lebih teliti sebelum mengungkap isu. Ia lalu memberikan sindiran soal 'operasi intelijen tapi kok buka-bukaan'.
"Kalau saya sebagai orang yang akan mengendalikan operasi intelijen, kira-kira itu operasi intelijen, bodoh banget saya terbuka begitu. Mungkin saya bisa nggak jadi Panglima TNI kalau begitu," ucap purnawirawan jenderal bintang empat itu.
Mantan Panglima TNI yang dipilih di era Presiden RI ke-6 SBY itu menegaskan pertemuannya dengan Lin Neumann tak berkaitan dengan politik. Ia bertemu dengan Lin Neumann dalam acara antara AmCham dan Kantor Staf Kepresidenan.
"Jadi nggak ada kaitannya atau politik apa pun. Itu hanya kepentingan Kepala Staf Kepresidenan untuk bisa memberi penjelasan kepada investor, para pengusaha-pengusaha luar, yang sudah menanamkan uangnya di dalam negeri. Dan kita ingin menarik investasi lain yang ingin tahu tentang situasi negara. Itu poin pertama yang ingin saya sampaikan. Jangan mengkait-kaitkan dengan yang nggak-nggak," urai Moeldoko.
Eks politikus Partai Hanura itu juga mengaku tidak memahami soal isu skandal Bank Century yang diangkat Asia Sentinel. Isi artikel tersebut menyudutkan pemerintahan era SBY.
"Belum tahu ceritanya, background-nya seperti apa. Saya nggak mendalami betul tentang Century. Nggak ngerti aku tentang Century. Apalagi punya (Asia) Sentinel. Dan waktu itu juga saya masih Panglima TNI. Jadi saya sendiri kurang paham juga ya tentang Century. Jadi nggak adalah upaya-upaya di balik itu semua," ungkap Moeldoko.
Bahkan Moeldoko sempat berkelakar dirinya belum lahir saat kasus Century itu terjadi. "Mungkin pas Bank Century saya belum lahir kali, ya," ujarnya seraya tertawa.
Selain memposting foto Lin Neumann, Rachland juga memajang foto Lin Neumann bersama Presiden Joko Widodo di twitternya. Namun Jokowi belum angkat bicara mengenai hal tersebut. dtc