Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kulit ikan patin awalnya hanya menjadi limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Sebab hanya dimanfaatkan untuk pakan tambahan ikan lele. Namun di tangan Fitriadi kini menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, bahkan diminati di pasar luar negeri, khususnya Singapura.
Ditemui disela-sela acara Indonesia Internasional Bikers Gathering yang digelar di Lapangan Benteng, Medan, Minggu (2/12/2012), pemilik usaha Kerupuk Kulit Ikan Patin, Fitriadi menuturkan pertama kali memulai usaha tersebut tanpa perencanaan.
"Dari awal ini sebetulnya limbah dan kita tidak ada rencana. Awalnya, kulit ikan patin ini untuk dikasih makan ikan lele karena dianggap limbah. Tapi tiba-tiba teman saya yang mau pesan kulit ikan patin ini membatalkan untuk beli," ujarnya.
Padahal dia sudah mempersiapkan sebanyak 50 kg kulit ikan patin. Kemudian karena bingung, mengingat jumlahnya yang cukup banyak, Fitriadi mengaku meminta istrinya untuk mengolahnya. Peristiwa ini terjadi di kisaran akhir 2016.
Setelah mendapatkan formulasi yang tepat bagiamana cara pengolahan kulit ikan patin ini pun akhirnya, dimasak. "Begitu dimasak, baunya menyerebak ke tetangga-tetangga. Wanginya membuat para tetangga berdatangan. Mereka bertanya masak apa. Hingga akhirnya membeli," ujarnya, sampai kerupuk kulit ikan patin sebanyak 50 kg tersebut tidak bersisa atau habis terjual.
Melihat respon tetangganya, membuat Fitriadi cukup optimis dengan peluang dari usaha kerupuk kulit ikan patin ini. Sebab meski hanya dipasarkan dari mulut ke mulut, respon konsumen cukup bagus. Ini juga yang menjadi motivasi baginya untuk mengembangkannya.
Fitriadi pun mengaku, setelah menjalani usaha tersebut juga baru menyadari jika kulit ikan patin ini memiliki manfaat bagi kesehatan. Berdasarkan berbagai literatur ujarnya, olahan kulit ikan patin ini memiliki beberapa manfaat bagi tubuh, seperti mampu mencegah jantung koroner, membantu pembentukan otot, menjaga kesehatan tulang, dan kolestrol.
Melihat respon warga sekitar tempat tinggalnya, Fitriadi semakin optimis usaha olahan kulit patin ini diterima di daerah lainnya. Ini yang membuatnya tertantang ekspansi ke daerah lainnya, seperti Banjarmasin, Pekanbaru, Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur.
Saat ini Fitriadi mengaku sudah memiliki ratusan agen di seluruh Indonesia. “Umumnya repead orders,”ujarnya.
Meski baru dua tahun, Fitriadi mengaku usaha yang awal dilakoninya kepepet ini sudah diekspor ke Singapura. “Ini kita baru kirim ke Singapura 600 kg, melalui Jakarta,”sambungnya dan selama ini ekspor produk tersebut masih melalui orang ketiga.
Ke depan, Fitriadi memiliki impian bisa melakukan ekspor langsung. Karenanya melalui pameran yang akan digelar di Malaysia, dia berharap bisa mendapatkan buyer.