Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sumatra Utara (Sumut), memaparkan, masih banyak masyarakat yang menggunakan kontrasepsi tradisional karena takut menggunakan kontrasepsi modern.
Berdasarkan hasil survey, penggunaan alat KB modern di kota masih berkisar 46% dan di desa 42%. Atau rata-rata 44% dari total pasangan usia subur (PUS) di Sumut yang sudah menggunakan alat kontrasepsi modern.
Hal ini disampaikannya Kepala BKKBN Perwakilan Sumut, Temazaro Zega, saat menggelar sosialisasi Hasil Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 di Kantor BKKBN Perwakilan Sumut, Rabu (5/12/2018). Saat ini, sebutnya, penggunaan kontrasepsi modern masih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi tradisional. Padahal, BKKBN menginginkan semua menggunakan kontrasepsi modern karena dijamin oleh pemerintah.
Dengan menggunakan kontrasepsi modern ini, lanjutnya, efektifitas ber-KB itu dapat terjamin. Drop out atau kehamilan yang tidak diinginkan dapat dikurangi. Namun, masih ada masyarakat yang menggunakan kontrasepsi tradisional karena takut menggunakan kontrasepsi modern. Ia mengatakan masyarakat masih merasa ketakutan oleh efek samping jika menggunakan alat KB modern. Oleh karena itu, masyarakat perlu diberikan penerbangan informasi lagi.
"Kontrasepsi modern tidak memiliki efek samping seperti yang ditakutkan oleh masyarakat. Jikapun ada efek samping bisa ditangani oleh tenaga medis yang sudah terlatih dan kompeten," katanya.
Temazaro Zega, menyebutkan, saat ini tingkat usia perkawinan di perkotaan sudah lebih tinggi dibanding pedesaan. Namun lebih banyak remaja di perkotaan yang sudah menjadi ibu dibanding di pedesaan. “Walaupun BKKBN menganjurkan wanita kawin pertama 21 tahun, bagi pria 25 tahun, tapi masih terdapat dalam masyarakat kita yang menikah di bawah itu. Jadi kita kelompokkan dulu. Kalau di kelompok umur, wanita-wanita yang berumur 15 tahun hingga 19 tahun, sudah kawin, sudah menjadi ibu. Berapa banyak? Di Sumut 6%, sementara di kota lebih banyak, 7%, di pedesaan, 4%,” ujarnya.
Berbeda dengan rata-rata wanita usia subur yang berada pada kelmpok umur 25 hingga 49 tahun pada Sumut memiliki median 23,8 tahun, atau di perkotaan 24,4 tahun. Sedangkan di pedesaan 23,3 tahun. “Tapi remaja yang sudah punya anak persentasenya lebih tinggi di perkotaan. Ini juga satu pertanyaan pada kita, apa artinya? Tadi usia kawinnya lebih tinggi di kota, tetapi yang wanita berstatus remaja sudah menjadi ibu teryata lebih tinggi di perkotaan. Artinya, remaja yang kawin dan menjadi ibu lebih tinggi di kota daripada di desa,” ujar Temazaro Zega didampingi Sekretaris, Yusrizal dan Kasubbag Humas, Ari Armawan.
Dia menyebut, hal itu akan menjadi pedoman data bagi BKKBN untuk mengambil langkah-langkah operasional dalam meningkatkan frekuanesi intensifikasi daripada segmen sasaran untuk para remaja. ”Kita tingkatkan terus promosi untuk mendewasakan usia kawin kepada remaja kita,” ujarnya.