Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Stockholm. Berpuasa di belahan bumi utara jauh lebih panjang dan melatih kesabaran. Di Swedia, puasanya hampir 19 jam, untung hawanya sejuk.
Dalam rilis KBRI Stockholm, Senin (13/5/2019) jika dibandingkan Indonesia, durasi berpuasa di Swedia untuk tahun ini lebih lama tiga jam. Misalnya di Indonesia waktu berbuka sekitar pukul 18.00 WIB, maka di Swedia waktu berbuka pukul 21.00.
Sebagai gambaran, suasana pukul 05.00 di sini sudah sangat terang seperti pukul 09.00. Sementara suasana pukul 20.00 malah masih terang seperti pukul 16.00. Data penelusuran, pada 12 Mei 2019 subuh adalah pukul 02.11 dan magrib adalah pukul 21.09. Totalnya 18 jam 58 menit.
Namun demikian, durasi yang lebih panjang cukup terbantu dengan suhu dan lingkungan di Swedia yang teduh. Suhu di Swedia bisa berkisar antara 7-12 derajat Celcius, ini artinya sangat jauh jika dibandingkan dengan Jakarta yang bisa mencapai 34 derajat Celsius. Selain itu kualitas udara di Swedia juga tergolong sangat baik. Negara ini hampir tidak ada polusi, bahkan pemerintah dan rakyat Swedia sangat menjaga ketat alamnya.
Bulan suci Ramadan di Swedia diisi warga Indonesia di sana dengan kegiatan religi. Pengajian Al Ikhlas yaitu kelompok pengajian komunitas Indonesia di Stockholm bekerjasama dengan KBRI Stockholm telah mengadakan acara buka bersama.
Kegiatan ini diisi pula dengan mendengarkan tausiyah dari Dr Kun Mahardi. Menurut Dr Kun Mahardi, Ramadan sebagai bulan yang penuh dengan perjuangan, kesabaran dan berkah, menghendaki setiap orang untuk peduli kepada sesama.
Puasa berarti adalah toleransi kepada orang yang tidak punya. Menahan lapar sebagai solidaritas kepada golongan yang tidak berkecukupan. Bulan suci ini adalah kesempatan untuk bermunajat dan memberikan sedekah kepada sesama manusia. Menurut Ustad yang telah menetap 9 sembilan tahun di Denmark tersebut menyatakan bahwa Allah akan memberikan apa yang kita perlukan.
"Bukan memberikan yang kita mau. Karena manusia itu tidak pernah puas untuk menerima rezeki atau nikmat," tambah Kun Marhadi.
Sabar, rendah hati, pemurah dan akhlak yang baik adalah sifat yang dibutuhkan. Kemampuan untuk menahan diri, diperlukan di semua kehidupan negara dan masyarakat.
"Bergunjing, berbohong, mengumpat, marah dan buruk sangka adalah sumber dari kehancuran dan bertentangan dengan spirit Ramadan," jelas Kun Marhadi.
Selesai ceramah dilanjutkan dengan tanya jawab. Kemudian acara diteruskan dengan buka bersama dan salat. Setelah itu menikmati hidangan makan malam. Tidak saja warga negara Indonesia dan Swedia yang hadir. Terlihat WN India, Pakistan, Bangladesh, Mesir juga mengikuti acara buka bersama.
Dubes Bagas Hapsoro mengucapkan penghargaan atas kedatangan para hadirin dan penceramah. Juga diucapkan terima kasih kepada para hadirin atas segala bantuan yang ditunjukkan baik berupa makanan, bantuan tenaga maupun pengaturan acara tersebut.
"Hal demikian sangatlah berarti bagi kita. Semoga apa yang sudah diberikan kepada kami itu dicatat amal baik dan mendapatkan imbalan dari Allah SWT," demikian kata Bagas.(dtc)