Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya pikir-pikir, MRT (mass rapid transit) itu adalah sistem transportasi sosialis. Dia bisa mengangkut penumpang secara massal. Berbasis rel listrik yang efektif dan nyaman. Juga relatif murah, antimacet dan cepat.
Bayangkan jika dari terminal Lebakbulus hingga ke Budaran Hotel Indonesia hanya Rp 14.000. Padahal jika naik ojek daring Rp 35.000-Rp 55.000. Bahkan taksi daring Rp 64.000-Rp 100.000. Adapun taksi Rp 68.000-Rp 78.000. Hanya kalah dengan bus Transjakarta yang hanya Rp 3.500.
Eh, justru di terminal MRT di Lebakbulus pulalah, Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto bertemu Sabtu (13/7) lalu. Bukan di Istana Negara atau di hotel berbintang yang mewah. Melainkan di sebuah tempat, di mana setiap rakyat, walau tidak harus kelas menengah ke atas, apalagi harus konglomerat, bisa begitu saja hadir.
Saya sangat setuju dengan ungkapan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, bahwa alasan pertemuan di Stasiun MRT Lebakbulus itu karena lokasi itu bersifat netral. Bahkan, sekaligus juga menandakan bahwa mereka berdua merupakan rakyat biasa.
Keduanya naik MRT menuju stasiun Senayan. Ngobrol dengan akrab. Bahkan dalam konferensi pers keduanya menyerukan makna rekonsiliasi yang mendalam. Tak ada lagi 01 dan 02. Tak ada lagi Cebong dan Kampret. Melainkan Burung Garuda. Merah Putih. Satu bangsa satu tanah air.
Teks “rakyat” itu sungguh menggetarkan. Kita teringat bahkan teks demokrasi pun adalah kedaulatan rakyat. Dari rakyat untuk rakyat, walau kita tahu belum semua rakyat negeri ini mengenyam kemakmuran dan kesejahteraan.
Jika pun kelak posisi Jokowi sebagai pemerintahan, dan Prabowo serta partai pendukungnya di kubu oposisi namun semua adalah demi rakyat. Cita-cita yang diperjuangkan adalah sama, walaupun dengan cara yang berbeda.
Saya kira itulah romantisme demokrasi yang luar biasa. Berseberangan tetapi satu tujuan. Berbeda, tetapi dengan hasyrat yang sama. Demi kebahagiaan rakyat, yang belum semua bisa tersenyum menikmati alam kemerdekaan. Tabik!